Persahabatan Fiko dan Firna
keluarga
kecil yang tinggal di suatu desa yang amat indah dengan sekelilingnya dipenuhi
kebun . terdapat sebuah rumah kecil yang berdiri di tanah itu. Rumah yang
sangat sejuk dan menghangatkan bagi keluarga yang menempatinya, Hiduplah
keluarga tersebut dengan seorang gadis kecil yang cantik jelita yang menjadi
anak satu-satunya dan sekaligus anak yang sangat mereka sayangi sepenuh hati,
dia bernama Firna, Firna adalah seorang yang penurut, senang membantu kedua
orang tuanya yang memiliki pekerjaan sebagai petani tersebut, hari-harinya
penuh dengan canda,. Namun ada 1 buah
rumah lagi yang menemani rumah itu jaraknya sekitar 3km jauhnya, hanya ada 2
buah rumah di tempat itu, betapa heningnya disana. Dirumah yang satu ini adalah
sebuah keluarga berada yang merasa nyaman untuk tinnggal disebuah rumah
pedesaan. Fiko., Fiko adalah nama anak nya dia sebagai teman Firna selama dia
tinggal didesa tersebut. Ibu Fiko seorang ibu rumah tangga yang hobinya adalah
merajut, sehingga rumahnya dipenuhi hasil karya rajutannya, kadang kala hasil
rajutannya tersebut ia jual sengaja di pasar yang jaraknya lumayan jauh dari
rumahnya. Ayah Fiko adalah seorang pengusaha yang setiap harinya hamper jarang
bahkan tidak pernah berkunjunng ke rumahnya karena jauhnya dengan pekerjaan, ia
sering kali menghampiri Fiko dan ibunya hanya apabila ia tak sibuk dan merasa
sangat rindu pada keluarganya.
Firna
dan Fiko masihlah amat kecil sehingga sebagai anak kecil yang normal mereka butuh
bermain. Fiko adalah teman satu-satunya bagi Firna, begitupun Fiko, hampir
setiap hari mereka melewati hari besama. Mereka layaknya sepasang anak kembar
karena usia mereka yang terpaut satu tahun bedanya dengan Firna yang lebih tua
1 tahun dari Fiko. Setiap pagi Fiko selalu pergi menuju rumah Firna untuk
membantunya sekaligus bermain di kebun milik keluarga Firna tersebut. Ibu Firna yang setiap hari rumahnya dikunjungi
Fiko sudah merasa tak asing lagi karena sudah
menganggap nya sebagai anaknya sendiri, begitupun dengan ibu Fiko.
Waktu
pun semakin cepat berlalu hingga tibalah saatnya Firna dan Fiko untuk menduduki
bangku sekolah. Karena mereka berdua selalu bermain bersama kemana-mana bersama
hingga akhirnya orang tua mereka pun memasukkan mereka ke sekolah yang sama.
Tahun ini mereka duduk di kursi Sekolah Dasar, setiap hari mereka berdua pergi
ke sekolah bersama dan pulang pun bersama, kegiatan mereka berdua sekarang
sudah jarang sekali untuk menghabiskan waktu bermain di kebun, hanya sesekali
ketika hari libur tiba, setiap disekolah mereka pun berdua namun tak menutup
kemungkinan untuk mereka berteman dengan anak-anak lain disekolahnya.
Masa-masa
sekolah dasarpun dilalui Firna dan Fiko dengan penuh kenangan hingga mereka
lulus dari sekolah tersebut dan seiring dengan cepatnya pertumbuhan mereka pun
telah tumbuh menjadi remaja. Firna telah menjelma menjadi seorang gadis cantik,
sedangkan Fiko telah berubah menjadi seorang laki-laki remaja yang cool hingga
disekolah Fiko menjadi laki-laki terganteng disekolahnya hingga semua wanita
yang sekolah disana merasa sangat iri melihat Firna yang selalu berduaan dengan
Fiko, namun mereka tahu bahwa Firna hanyalah teman kecil Fiko dan mereka tak
pernah berpacaran, maka dari itu para wanita itu pun berlomba-lomba untuk
merebut hatinya Fiko sehingga hal apapun mereka lakukan termasuk mendekati Firna
untuk mendekatkannya dengan Fiko. Firna pun sadar bahwa temannya itu telah
menjadi popular disekolahnya, sehingga Firna merasa terganggu dengan tingkah
para wanita-wanita disekolahnya. Namun disisi lain Fiko tak pernah merespon
ulah para wanita disekolahnya itu ia hanya menanggapinya dengan diam. Fiko
adalah pria yang sangat cool dan baik, ia hanya melemparkan senyuman manisnya
setiap kali para wanita disekolahnya menyapanya, hal itulah yang membuat para
wanita itu menjadi tergil-gila padanya. Sementara itu saat perjalanan pulang Firna
bermaksud menyela Fiko.
“Fiko,
waaah kamu jadi pangeran yah disekolah ini, aku tidak pernah nangka sama kamu,
tapi kenapa kamu mengabaikan mereka yang sangat cantik-cantik itu?’
“Agh,
apaan sih kamu, mereka itu bukan tipeku tau?”
“gimana
sih kamu, mereka itu sudah cantik, seksi pula, kamu itu laki-laki apa bukan
sih, masa tidak tertarik satupun pada mereka.”
‘sudah
ah, aku tidak mau membahas itu, Fir, aku mau ke toko buku dahulu, apa kau mau
menemaniku?’
“oke
baiklah aku juga sedikit malas untuk pulang kerumah. Tapi nanti kamu belikan
aku ice cream kesukaanku yah.”
“dasar
kau ini, baiklah” ucap Fiko sambil mengacak-acak rambut Firna. Mereka pun
berjalan menuju tempat toko buku yang berada cukup jauh dari sekolahnya
sehingga mereka harus menaiki kendaraan umum untuk tiba disana, mereka pun
menaiki sebuah shuttle bus menuju Mall yang akan mereka kunjungi. Diperjalanan mereka
bercanda dengan riang. Sampai akhirnya tiba di sebuah Mall di kota seoul.
Mereka pun segera menuju ke tempat toko buku untuk mencari sebuah buku yang
ingin dibeli Fiko.
“Fik,
kamu cari buku apa memangnya?”
“aku
mau cari buku tentang bisnis”
“mmh
bisnis?”
“kenapa
kamu sangat tertarik sekali untuk berbisnis sih fik?”
“
aku suka dengan bisnis, lagi pula aku akan menggatikan bisnis ayahku nantinya”
Meskipun
Fiko masih anak SMA biasa, namuun ia telah memikirkan masa depannya yang akan
ia raih di masa depan nanti, dia memang berbeda dengan para remaja lainnya yang
tengah asik menikmati masa-masa remajanya sementara itu ia menghabiskan hobinya
dengan mempelajari tentang bisnis, sementara itu Firna yang bercita-cita ingin
menjadi seorang Gardener dan memiliki banyak kebun berhektar-hektar yang ia
impikan. Karena ia terobsesi dengan pekerjaan ayahnya dan sekaligus ingin
meneruskan usaha ayahnya itu. Maka dari itu Firna setiap libur selalu membantu
ayahnya menanam maupun memanen sayuran atau apapun. Setelah 2 jam mereka berada
didalam toko buku tersebut, akhirnya Fiko menemukan buku yang ia inginkan.
“Fir,
sudah ketemu nih, ayo kita bayar dulu.”
“baiklah,
Fik tadi aku sempat baca buku-buku mengenai tanaman disana, aku punya sedikit
pengetahuan baru tentang bagaimana membuat tanaman cepat tumbuh dan tahan
lama.”
“benarkah,
kenapa tidak dibeli saja?”
“
ah tidak usah, aku tidak membawa uang yang cukup untuk membelinya.”
“bisa
pakai uangku, mau tak?”
“tidak
usah, aku nunggu diluar saja yah.”
Sementara
Firna keluar, Fiko kembali menuju rak buku kembali mengambil buku yang sempat
dibaca Firna yang ia lihat tadi, maka Fiko berniat untuk membelikannya karena
ia melihat Firna sangat serius membaca buku itu, tanpa seepengetahuan Firna, ia
akan membelikannya untuk Firna. Setelah membayar buku tersebut, Fiko segera
menghampiri Firna yang tengah menunggu dipinggir toko buku tersebut.
“Ayo,
sudah nih.”
“ice
cream! Mana upahnya belikan aku ice cream”
“iya,
iya ayo kita ke toko ice cream.”
Mereka
pun menuju toko penjual ice cream dan memesan dua ice crem, setelah menikmati
ice cream akhirnya Firna pun puas dan
tak terasa hari sudah menjelang sore, maka Fiko berniat untuk mengajak Firna
pulang kerumah.
“Fir,
sudah sore nih, pulang yuk?” mendengar Fiko berbicara Firna pun segera meraih
jam tangannya dan melihat pukul berapa.
“tak
terasa sudah sore. Ayo.”
Mereka
pun bergegas menuju tempat shuttle bus dan akhirnya nasib mereka beruntung tak
harus menunggu lama, bus yang mereka tunggu akirnya tiba dengan lebih cepat
maka mereka pun langsung segera menaiki bus itu dan sgera duduk. Diperjalanan Firna
terasa sangat lelah hingga diapun merasa sangat ngantuk dan beberapa menit
kemudian tak sadar Firna meletakkan kepalanya di bahu Fiko, yang membuat Fiko
terkejut. Ternyata Firna telah tertidur pulas dalam perjalanannya. Fiko pun
hanya bisa tersenyum melihat Firna tertidur dengan sangat pulas nya sambil
menyelipkan rambut Firna ke telinganya yang telah menutupi wajahnya itu dan
mengelus kepala Firna. Perjalanan selama setengah jam menuju tempat mereka
akhirnya pun tiba. Fiko membangunkan Firna yang sejak tadi tertidur dengan
memegang tangannya dan menggoyang-goyangkannya sambil mengatakan.
“
Fir, bangun sudah sampai nih!”
Firna
pun terkejut ketika Fiko membangunkannya dan segera mengangkat kepalanya yang
bersandar di bahu Fiko. Lalu berkata dengan lemasnya pertanda ia masih ingin
tidur.
“sudah
sampai ternyata” sambil mengucek-ngucekkan matanya dan merapikan dandanannya.
Merekapun segera beranjak dari tempat duduk dan menuju keluar turun dari
shuttle bus itu. Sementara itu rumah mereka masih sangatlah jauh perlu waktu
satu jam untuk tiba dirumah mereka. Fiko mengambil sepeda yang biasa ia
kendarai menuju sekolah bersama Firna yang telah sebelemunya ia titipkan di
tempat penitipan. Dan segera mengambilnya dan menyuruh Firna untuk segera naik
dan pulang kerumah.
“Fir,
naik.” Firna pun langsung segera naik dan berpegangan pada pinggang Fiko.
Mereka pun lalu melaju untuk pulang kerumah. Sepanjang perjalanan, Firna malah
tertidur kembali bersandar dipundak Fiko. Fiko merasa ada hal yang aneh dengan Firna
mengapa sepanjang perjalanan Firna berdiam diri tak berbicara sepatah kata pun.
Sampai akhirnya Fiko pun penasaran dan menghentikan kayuhan sepedanya. Dan
menengok kebelakang ternyata ia menemukan Firna yang tertidur pulas bersandar
dipunggungnya. Seolah tak mau menganggu Firna dari tidurnya, Fiko pun meraih
tangan Firna untuk mengeratkan pegangan ke pinggangnya. Fiko melanjutkan
perjalanannya dan setelah beberapa menit kemudian tibalah didepn rumah Firna,
serontak Firna terbangun sebelum Fiko menyuruhnya bangun.
“
sudah sampai ternyata, aku tidur lagi yah, maaf yah aku sangat ngantuk. Aku
menyusahkanmu maaf yah.”
“Taka
apa, sudah masuk sana, dan tidur yang nyaman yah, aku pulang.”
Setelah
menyuruh Firna masuk Fiko langsung bergegas pulang mengayuh sepedanya kembali
dan melambaikan tangan pada Firna. Sementara itu Firna hanya tersenyum melihat
tingkah Fiko.
Pagi
ini Fiko seperti biasa menjemput Firna untuk berangkat kesekolah bersama-sama.
Ia pun segera mengambil sepedanya di bagasi rumahnya dan segera mengayuh
sepedanya menuju rumah Firna. Sementara itu Firna tengah bersiap-siap merapikan
seragamnya. Disisi lain Fiko telah menunggunya di halaman rumahnya dengan duduk
diatas sepedanya. Fiko melihat kea rah jendela kamar Firrna yang menyaksikan Firna
telah berias didepan kaca. Dengan sadar Firna melihat Fiko tengah mengamatinya
dibawah dan langsung melambaikan tangannya kepada Fiko seolah pertanda bahwa Firna
akan segera keluar dari kamarnya dan bersiap berangkat kesekolah. Firna pun
turun dari kamarnya dan menyapa ibunya yang telah menyiapkan sarapan pagi
untuknya. Namun Firna terlalu sangat terburu-buru karena ia tak mau Fiko
menunggunya lama. Ibunya pun membiarkan ia untuk sarapan dahulu.
“Fir,
sarapan dulu.”
“Ga
mah, aku sudah ditunggu Fiko.’
“Tapi
setidaknya kamu minum susunya sedikit dan bawa sandwichnya makan diperjalanan.”
Seolah tak ingin menngecewakan ibunya Firna pun menuruti perkataan ibunya dan
membawa sandwich di tangannya dua potong untuk diberikan pada Fiko.
“Udah
mah, aku berangkat yah.”
Setelah
meraihnya Firna pun segera mencium tangan ibunya lalu segera menuju keluar
menemui Fiko. Fiko dengan wajah musamnya pertanda ia kesal telah lama menunggu Firna.
Namu Firna punya caranya sendii untuk membuat Fiko tak marah lagi.
“
maaf yah lama, ini sandwich makan dulu.” Sambil menyodorkan sepotong sandwich
pada Fiko. Namun Fiko menolaknya karena mereka sudah terlambat. Melihat Reaksi Fiko
Firna pun menyesal. Dan langsung segera duduk di boncengan belakang sepeda Fiko.
Seolah tak ingin Fiko terlalu terburu-buru pada perjalanan mereka menuju
sekolah.
“Fiko,
hati-hati bawa sepedanya, jangan terllu terburu-buru lah. Kamu sudah sarapan
belum?’
“Tapi
karena kamu, kita sudah telat ini. Aku sudah sarapan tadi.”
“
makan lah sandwich ini, aku sudah kenyang. Aku suapin yah mau yah.” Fiko tak
ingin mengecewakan Firna maka ia segera menganggukkan pertanda ia ingin memakan
sandwich itu. Melihat reaksi Fiko, Firna segera menyuapkan sandwich itu kemulut
Fiko, dengan hati-hati. Dan Fiko pun memakannya dengan lahap. Akhirnya mereka
tiba digerbang sekolah. Sebentar lagi gerbang itu akan ditutup oleh satpam
mereka. Namun dengan kayuhan yang sangat kencang Fiko berhasil menerobos masuk
ke halaman sekolah. Hal itu menandakan bahwa pelajaran pertama sudah dimulai di
sekolah mereka. Dan mereka telat karena pada saat itu pelajaran kimia dengan
guru mereka yang sangat galak maka siapa murid yang terlambat tidak
diperbolehkan masuk pelajarannya apapun alasannya. Firna lupa bahwa hari itu
pelajaran ibu Bety, sementara itu Fiko sangat panic dan langsung menuju
parkiran untuk meletakkan sepedanya. Setelah menaruh sepeda dan menguncinya Fiko
segera menarik tangan Firna untuk segera berlari dengannya.
“
Ayo, kita telat. Ini pelajaran ibu Bety.” Mendengar apa yang Fiko katakana Firna
baru menyadarinya bahwa hari ini pelajaran si guru yang sangat dibenci Firna.
Selain ia tak suka dengan pelajaran kimia ditambah dengan gurunya yang galak
membuat Firna hanya setengah sadar mengikuti pelajarannya. Meskipun setiap kali
ia mendengarkan apa yang Ibu Bety jelaskan dan melihatnya dengan seksama namun
pikirannya tak pernah berada pada pelajaran.
“aku
lupa! Ayo kita lari” mereka pun lari menuju kelas mereka. Firna dan Fiko berada
dikelas yang sama untuk kelas 1 Sma ini dan seterusnya sampai lulus mereka akan
berada di kelas yang sama, karena peraturan di sekolah ini tidak ada pengacakan
murid saat mereka pindah kelas. Karena dikhawatirkan adanya kecemburuan serta
perkelahian jika teman mereka dipisahkan dengan banyak yang memprotes ke
sekolah. Memang aneh namun seperti itulah peraturan sekolah mereka. Setelah
tiba didepan kelas, ternyata bu Bety belum masuk kekelas, sepertinya ia agak
terlambat. Itu merupakan sebuah keberunttungan bagi mereka karena bu Bety tak
pernah terlambat selama mengajar dan tak pernah absen. Ia selalu giat mengajar
dan dating dengan on time. Mereka pun menarik napas lega dan segera menduduki
bangku mereka masing-masing. Sampai akhirnya Firna heran mengapa ibu Bety
tiba-tiba terlambat. Namun ia tak mau menanyakannya karena sudah sangat bahagia
jika kalau saja ibu Bety tidak masuk. Seorang ketua kelas mereka pun masuk dan
mengumumkan sesuatu.
“teman-teman,
ibu Bety hari ini tidak masuk karena ada keperluan mendesak namun ia memberikan
tugas.” Mendengar perkataan itu Firna sangat merdeka alih-alih keinginannya
tercapai. Namun ia kecewa karena harus ada tugas, namun hal itu meringankan
ketimbang ia harus melihat orangnya yang seram. Anak- anak kelas itu pun
semuanya besorak dan riuh antara bahagia dan kecewa.
Bel
pulang pun berbunyi, Fiko dan Firna pun segera menuju parkiran sepeda Fiko
untuk pulang bersama seperti biasa. Setelah Fiko membawa sepedanya dan Firna
telah berada di tempat duduknya untuk bersiap dibonceng mereka pun segera
bergegas pulang dan anak-anak wanita disekolah itu merasa iri dan bergurau
melihat Firna diboncengi Fiko yang menjadi idola disekolahnya. Anak-anak itu
pun memperhatikan mereka sampai jejak mereka hilang setelah melintasi gerbang
sekolah.
Setelah
3 tahun sekolah akhirnya tiba pada saat mereka akan menjadi anak kelas tiga
yang sebentar lagi akan lulus. Saat ini pergantian semester yang menjadikan
bahwa mereka sudah kelas 3 sma. Setiap harinya Firna sibuk tengah belajar untuk
bersiap-siap menghadapi ujian namun waktu ia untuk bertemu Fiko tak pernah
absen karena mereka mengikuti bimbel bersama yang dipanggil oleh orang tua Fiko
untuk mereka sehingga mereka setiap pulang sekolah belajar kembali bersama
dirumah Fiko.
“
Fik, aku ganti baju dahulu setelah itu aku kerumahmu.”
“yasudah,
aku tunggu.’
Setelah
pulang kerumah masing-masing sementara di rumah Fiko, ia telah disambut oleh
ibunya. Yang menunggunya didepan gerbang lalu membukakan pintu gerbang untuk Fiko.
Tak biasanya memang, Fiko pun sedikit heran dan bergumam dalam hati mengapa
ibunya tak biasa seperti ini. Setelah masuk ke rumah dan Fiko mengganti seragamnya
ia langsung menuju dapur dan makan siang. Ibunya telah menunggunya di meja
makan.
“
Mah, hari ini makan apa? Aku lapar sekali.”
“
makanan kesukaanmu. Ikan Mas dan sayur capcai. Makan yang banyak yah.”
“waah
special sekali hari ini, ada apa Mah?”
“Tidak
ada apa-apa hanya saja kamu sudah lama tidak makan makanan kesukaanmu kan?”
“
ia sih, mama tidak makan?”
“
Mama akan makan, sejak tadi lama menunggu kamu pulang, karena sudah tidak sabar
untuk makan bersama seperti ini, setelah selama ini kamu sibuk belajar
mempersiapkan ujian.”
“
yasudah mari kita makan mah.”
Mereka
pun makan bersama, setelah selesai makan ibu Fiko belum beranjak dari kursinya
dan masih memperhatikan Fiko yang tengah makan dengan lahapnya. Sampai Fiko
merasa aneh ibunya memperhatikannya begitu sejak dari tadi. Fiko pun selesai
menyantap makan siangnya.
“
kenapa sih Mama dari tadi lihat aku seperti itu? Ada yang salah yah dengan cara
makanku?”
“
Tidak hanya saja Mama berfikir bahwa anak mama ini sudah semakin besar,
sebentar lagi kau akan keluar dari sekolah.”
“
ia lah mah, memangnya aku akan menjadi anak kecil saja.”
Namun
tiba-tiba wajah ibu Fiko berubah dengan begitu sangat serius, seolah ada suatu
hal penting yang akan dibicarakan. Fiko menyadarinya dan ia langsung penasaran.
“kenapa
mah?”
“
Fik, begini. Mama dan Papa sudah merencanakan masa depanmu. Mama sama Pama
ingin kamu melanjutkan kuliah ke luar negri. Papa tau kamu sangat tertarik
dengan bisnis, dan ia pun menyadari kau menurunkan bakatnya, maka untuk
mengembangkannya Papa tau dimana tempat study untuk bisnis yang baik yaitu ke
Amerika. Papa sudah mempersiapkannya dari sekarang alih-alih kamu akan
menyetujuinya dan nanti Mama akan mengurus semua kelengkapanmu. Namun Mama
sendiri akan pindah ke tempat Papa untuk menjaga Papamu disana.”
“
Luar negri? Memang hal ini sangat aku inginkan. Tapi aku akan memikirkan ini
terlebih dahulu Mah, untuk memantapkan keinginnku.”
“baiklah
Mama juga tidak terlalu memaksakanmu. Mama tau kamu bisa memilih yang terbaik
untukmu.”
Mendengar
perkataan ibunya tadi Fiko tengah memikirkan hal itu dikamarnya disatu sisi ia
senang bisa mewujudkan impiannya selama ini, disisi lain ia sedih bahwa harus
meninggalkan Firna dan tak mungkin bersama-sama apabila ia pergi keluar negeri.
Namun iapun berfikir bahwa tidak harus selamanya ia akan bersama-sama dengan Firna
karena impian mereka pun berbeda-beda. Sementara itu ia pun masih bisa bertemu
dengan Firna jika liburan nanti.
Ke
esokan harinya seperti biasa Fiko menjemput Firna untuk pergi bersama ke
sekolah. Namun ada hal yang berbeda dari Fiko hari ini. Firna menemukan
kejanggalan itu, sepanjang perjalanan Fiko hanya berdiam diri tanpa sepatah
katapun. Hal itu membuat Firna khawatir padanya.
“
Fiko, kenapa? Kamu sakit?”
“ah
tidak, aku sehat- sehat saja. Kenapa?”
‘tapi
kenapa sejak tadi kamu diam?”
“
tidak ada apa-apa hanya ingin diam saja.”
“begitu,
kalau ada apa pun kamu tidak usah sungkan untuk cerita padaku, kamu kan tahu
aku akan selalu setia mendengar keluhanmu.”
“
aku tahu itu, aku senang selama ini kita
selalu bersama-sama, bermain bersama, sekolah, belajar dan saling curhat
bersama.”
“
kenapa tiba-tiba kamu berbicara seperti itu?”
Merasa
ada hal aneh lagi setelah Fiko berbicara seperti itu maka Firna pun
bertanya-tanya pada dirinya sendiri ada apa dengan temannya ini. Sampai
akhirnya mereka pun terdiam kembali dalam perjalanan dan tibalah mereka di
sekolah. Hari ini pelajaran sangat menyenangkan Firna selalu menyukai setiap
pelajaran hari itu, karena ada pelajaran olahraga yang gurunya sangat tampan
dan ia menyukainya yang membuatnya selalu bersemangat mengikutinya. Pelajaran
disekolahpun telah selesai semua dan kini waktunya mereka untuk pulang. Seperti
biasa Firna dan Fiko menuju parkiran dan pulang bersama dengan sepeda Fiko.
Sementara itu Fiko masih saja terdiam, terlebih lagi saat dikelas Firna sempat
memperhatikan Fiko yang berdiam diri meski keadaan dikelas mereka selalu riuh.
dengan masing-masing kegiatan mereka.
“Fir,
kita ke danau dulu yah, kita sudah lama tidak kesana.’
Mendengar
itu Firna sangat senang karena memang mereka sudah sangat lama tidak pernah
berkunjung ke tempat itu setelah terakhir kali Firna tercebur sewaktu kecil dan
orang tua mereka tak pernah membiarkan mereka untuk ke tempat itu lagi. Namun
kini mereka sudah bukan anak-anak lagi jadi tidak ada alas an untuk kesana.
Memang di desa mereka ada sungai yang tersembunyi disana tanpa diketahui orang.
Disana mereka menyebutnya sebagai surga karena tempat yang indah serta
pemandangannya juga.
“
ayo, kita sudah lama sekali yah, tidak berkunjung kesana, gara-gara aku dulu
pernah tercebur, lucu yah saat kamu berteriak karena tak bisa menolongku.”
“
ia aku panic, lalu aku berlari kerumah dengan menangis meminta pertolongan, aku
takut kamu akan mati tenggelam dan aku berfikir jika kamu mati maka aku tak
akan punya teman disini.”
“
jadi saat itu kamu sangat takut. Dan saat kejadian itu kamu tau kan kalau aku
jadi takut berenang karena trauma.”
“
ia, lucu juga yah saat itu kamu berada di tepi sungai hanya untuk mengambil
bunga disana, dan kamu tak bisa meraihnya karena bunga itu cukup suliit untuk
dijangkau, tapi maafkan aku karena pada saat itu aku mencoba untuk bersembunyi
dan bermaksud membuatmu panic saat kamu kembali aku tidak ada, karena aku
mengumpat dibalik pohon. Namun saat aku lama menunggu kamu tak memanggilku, aku
keluar dari persembunyianku dan panic ketika kamu sudah tercebur kedalam
danau.”
Tibalah
mereka di tepi danau, Firna beranjak dari sepeda lalu ia segera berlari menuju
pendopo yang ada sejak dahulu di tepi danau itu sementara Fiko tengah
menyandarkan sepedanya pada salah satu pohon di dekat pendopo itu. Fiko pun
duduk disamping Firna. Mereka terdiam bersama merasakan betapa nyyamannya di
tempat itu seakan semuanya terasa nyaman.
Setelah lama menikmati suasana akhirnya Fiko mencoba untuk mengatakan
sesuatu pada Firna. Seketika Fiko pun sangat serius dan berbicara dengan suara
yang tegas.
“
Fir, aku mau bicara sesuatu pada mu.”
Firna
langsung memutarkan badannya dan menatap Fiko dengan seksama. Seolah ia tau
bahwa Fiko akan mengataakan sesuatu hal yang sangat penting padanya. Firna
menatap Fiko begitu lamanya.
“
iya Fiko, ada apa?”
“
Fir, setelah lulus aku akan melanjutkan kuliah ke luar negeri, aku akan ke
Amerika. Papa sangat menginginkan aku untuk kuliah disana karena ia tau aku
sangat terobsesi untuk mempelajari tentang bisnis.”
Mendengar
Fiko mengutarakan maksudnya, wajahnya berubah seketika menjadi murung. Namun Fiko
mengusap kepalanya seolah tak ingin membuatnya merasa sedih.
“
tapi kan kita masih bisa tetap berteman dan berkomunikasi dengan banyak media,
kita bisa email-emailan, vidcall. Banyak lagi. Aku berjanji nanti liburan kuliah
aku akan mengajakmu kesana liburan bersama.”
“aku
ga apa-apa Fiko, aku hhanya tidak percaya kalau kamu bisa meraih masa depanmu.”
Namun
Fiko tau bahwa Firna berbicara seperti itu hanya untuk menghibur dirinya
sendiri, ia tau hati Firna sangat sedih. Fiko segera mendekatkan diri pada Firna
dan memeluknya erat.
“
Fir, kamu akan selalu ada dihati aku, selamanya kita akan bersama meskipun
jarak yang memisahkan namun aku tetap dihatimu.”
Firna
kaget dengan ucapan Fiko, ia melepaskan pelukan Fiko dan memandangnya penuh
pertanyaan. “ apa maksudmu?”
“
a….a….aku mau kita selalu bersama seperti ini, kamu tau kenapa aku tidak pernah
tertarik pada wanita lain karena aku sudah melihatmu. Mungkin ini terjadi
karena kita selalu bersama-sama sejak kecil sehingga aku ingin selalu menjagamu
dan merasa nyaman denganmu.”
“
Fik, aku takut perasaanmu akan berubah ketika kau sudah menemukan wanita yang
lebih baik dari aku disana.’
“
Kamu harus janji, aku juga janji bahwa aku tak akan selalu mengingatmu dan kamu
akan selalu menyemangati hidupku. Lalu apa cita-citamu setelah lulus?”
“aku
akan kuliah di jurusan pertanian, karena aku akan mewujudkan mimpiku untuk
menjadi seorang Gardener, dan aku akan mencoba sambil membuat kebun botani
dirumahku.”
“
bagaimana kalau sebagai hadiah untuk kepergianku agar kamu bisa mengingatku
sampai aku kembali, aku akan membuat kan kebun bunga yang selama ini kau
impikan.”
“boleh
juga, tapi justru bukankah itu akan membuatku semakin sedih karena akan setiap
hari mengingatmu Fik.”
“Kamu
tau kan, selama ini aku tidak pernah dengan siapapun kecuali kamu, itu karena
aku tak ingin terpisah dengan mu Fir.”
“
Aku percaya padamu Fik.”
Ucap
Firna sembari menatap Fiko dalam-dalam. Selama beberapa detik mereka terdiam
sejenak, hingga Firna menyadari bahwa hari telah sore, sehingga mereka
memutuskan untuk pulang kerumah. Hari ini adalah hari minggu, Fiko berencana
untuk membuatkan kebun bunga untuk Firna karena apabila dia membuatkannya dari
saat ini maka kebun itu akan tumbuh besar setelah 4 tahun kemudian. Maka dari
itu, Fiko sejak subuh buta ia pergi ke pasar kebun didekat taman sekolah, ia
membeli banyak rupa-rupa tanaman yang ia bawa di sepedanya dengan menggendong
banyak plastic-plastik tanaman. Setelah berbelanja Fiko bergegas menuju rumah Firna
dan langsung mempersiapkan semuanya sebelum Firna terbangun dari tidurnya.
Matahari pun berubah menjadi semakin terik, hingga kedua orang Firna mengetahui
kegiatan Fiko, ibu Firna yang melihat aksi Fiko segera bergegas menuju halaman
rumahnya untuk menemui Fiko. Fiko tak mengetahui kedatangan ibunya Firna yang
serontak membuat ia terkejut.
“Fik,
kamu sedang apa pagi-pagi seperti ini?”
“ah
ibu, mengejutkan saja. Sebelumnya aku minta izin bu, karena Firna sangat
menginginkan untuk membuat kebun bunga maka aku akan membuatkannya kebun bunga
sekarang. Tidak apa kan bu kalau aku meminjam taman keil ini?”
“
jadi begitu, ya sudah. Lagi pula halaman ini dibuat kosong setelah ayah Firna
tak menanam kentang lagi.”
Setelah
mengetahui maksud Fiko, ibu Firna pun segera masuk kedalam rumah kembali.
Tiba-tiba akhirnya Firna terbangun namun ia tak sadar dengan apa yang terjadi
dihalaman rumahnya. Sampai akhirnya Firna mengetahui kegiatan Fiko setelah ia
membuka jendela kamarnya. Penasaran dengan apa yang dilakukan Fiko, ia pun segera
menuju halaman rumahnya menghampiri Fiko dan mengejutkannya pula.
“
Hey, sedang apa kau?”
“
wooaahh kau! Aku akan buatkan kamu kebunnya sekarang ya, mumpung ada waktu dan
aku ingat” sambil mengerdikkan matanya ke Firna. Dengan antusiasnya Firna pun
segera membantu Fiko tanpa ingat bahwa dia belum membersihkan diri. Hingga
menjelang sore mereka mengerjakan semuanya diiringi dengan candaan yang khas
dari mereka. Hingga menjelang malam mereka pun selesai mengerjakan semuanya.
Semenjak dibuatkannya kebun bunga baru Firna setiap hari sangat rajin merawat
bunga-bunga itu.
Saatnya
tiba detik-detik menjelang kelulusan di SMA mereka. Pagi buta Firna bersama
keluarga juga Fiko dengan keluarganya menuju Sekolah dengan menggunakan mobil
ayah Fiko. Setiba di sekolah mereka sekeluarga berkumpul disebuah aula yang
akan menyelenggarakan acara kelulusan hari itu. Acara sudah dimulai beberapa
jam kemudian karena mereka telat diakibatkan menunggu Firna yang sibuk dandan.
Kini tibalah pada acara yang sangat ditunggu-tunggu yaitu pengumuman kelulusan.
Setelah proses pelepasan selesai kedua keluuarga itu pun dirundung rasa bahagia
namun sesaat Firna teringat akan kepergian Fiko setelah kelulusan ini. Mereka
semua pun akhirnya menuju perjalanan puang ke rumah, disepanjang jalan keluarga
Fiko membicarakan mengenai kuliah Fiko yang akan diberangkatkan keluar Negeri,
kedua orang tua Firna sangat senang mendengar berita tersebut, namun lain
halnya dengan Firna yang berdiam diri hingga Fiko memperhatikannya dengan cemas
disepanjang perjalanan itu.
2
Minggu kemudian…..
Hari
ini adalah hari dimana keberangkatan Fiko ke Amerika. Fiko dan keluarga tengah
sibuk mempersiapkan barang-baraang bawaan Fiko, Firna dan keluarganya pun ada
disana untuk mengantarkan Fiko. Dikamarnya Fiko sedang mengamati foto-foto masa
kecilnya bersama Firna, ia sempat meneteskan air mata karena mereka untuk
selama 17 tahun ini akan berpisah untuk pertama kalinya, Firna yang menghampri Fiko
dan mengamati apa yang sedang Fiko lakukan ia pun berada di samping Fiko dan
mencoba untuk membuat Fiko tak merasa sedih.
“
Foto aku lucu banget yah, betapa cantiknya. Tapi siapa laki-laki ini cupu
sekali yah.”
“
aku akan merindukanmu nanti disana, jadi aku harus membawa foto ini.”
“
Kenapa kamu tidak membawa fotoku yang sekarang?, lebih cantik dari waktu
kecil.”
Candanya
seolah menyembunyikan rasa sedihnya. Ibu Fiko pun telah siap menyelesaikan
semuanya, ia memanggil Fiko dan Firna untuk seger turun dan bersiap-siap
berangkat. Setiba di bandara Firna dan Fiko pun menghilang dari kedua orang tua
mereka. Mereka berdua tampaknya ingin membicarakan sesuatu hal yang akan mereka
ingat selamanya.
“
Fir, kamu sabar yah nunggu aku. Aku janji akan sering menghubungimu. Bahkan
kegiatan setiap hariku akan aku bagi bersamamu.”
“
iya Fik, satu hal kamu harus jaga kesehatan, belajar yang rajin serta
tingkatkan prestasimu yah. Jangan pernah kamu kecewakan temanmu ini.”
Saat-
saat seperti itu Firna masih bercanda yang membuat Fiko yang tadinya serius
berubah dengan memasang muka garang. Setelah mengutarakan apa keinginan
keduanya akhirnya mereka pun pergi menemui kedua orang tua mereka.
“
kemana si Fiko dan Firna ini, kenapa mereka menghilang. Keberangkatannya kan 5
menit lagi.” Ucap ibu Fiko. Sementara itu ayah Firna yang melihat kedatangan
mereka berpaling kearahnya dan menunjuk mereka.
“
itu mereka disana.”
“
maaf Mah, pah. Kita tadi pergi beli minum dahulu sembari menghabiskan waktu
terakhir kita, Fiko kan tidak bisa bertemu Firna setiap hari lagi nantinya.”
“
begitu, sesuka kalian lah, puas-puaskan. Fir, nanti liburan kamu bisa ikut
tante ke tempat Fiko.”
“
serius tante, tidak keberatan membawaku kesana. Kalau merepotkan bagaimana”
“
ia mah, Firna kan orangnya sering merepotkan. Tidak usah diajak lah mah.”
Gurauan
Fiko yang telah membuat Firna sedikit marah padanya. Akhirnya pengumuman
keberangkatan pun akhirnya terdengar, sehingga Fiko pun harus segera
cepat-cepat meninggalkan keluarga nya dan keluarga Firna. Namun sebelumnya ia
sudah terlebuh dahulu mencium tangan orang tua tersebut. Sesampainya pada Firna
ia pun merangkul dan memeluk Firna denga erat sehingga membuat Firna merasa
tercekik. Namun Firna memahami hal tersebut dan ia pun langsung melepaskan
pelukan Fiko.
“
sudah sana, sudah telat.”
“
baiklah semuanya, aku pergi doakan aku disana yah.”
Teriak
Fiko dari kejauhan sembari melambaikan tangan nya, yang membuat mata Firna
berkaca-kaca. Kehidupan yang berbedapun telah mereka jalani. Sesuai janjinya Fiko
selalu mengabari Firna lewat jejaring social. Kini Firna pun mampu mewujudkan
cita-citanya yang ingin kuliah di jurusan pertanian, hingga ia pun semakin
bersemangat untuk menciptakan hal-hal baru. Taman bunga yang Fiko buatpun
akhirnya kini menjadi tumbuh besar dan cantik, ditambah semakin luas
pekarangannya. Meski mereka dipisahkan oleh jarak namun persahabatan diantara
keduanya tak terhalangi oleh apapun.
4
tahun berlalu…
Kelulusan
pun telah menghampiri keduanya. Hari ini Fiko berencana pulang ke Indonesia
namun ia tak mengabari Firna hanya memberitahu kedua orang tuanya saja namun
itupun dimintanya untuk merahasiakannya dari Firna. Fiko mengendarai sebuah
sedan BMW dengan mengenakan kaos putih dibalut cardigan coklat dengan jeans
berwarna hitam serta sepatu kets yang sangat cocok untuk posturnya yang tinggi
memarkirkan mobilnya didepan gerbang halaman rumah Firna yang membuat Firna
tercengah seketika disaat ia sedang menyiram tanaman-tanamannya. Fiko pun
keluar dari mobilnya, sementara itu Firna tercengong melihat siapa yang datang,
ia sempat tak tau siapa yang datang saat itu. Namun Fiko membawakan setangkai
bunga mawar untuknya. Disitu Firna mengingat bahwa seseorang yang tahu ia
menyukai bunga hanyalah teman kecilnya yaitu Fiko. Mengetahui ancah-ancah itu Fiko,
Firna segera berlari menghampiri Fiko dengan mata berkaca- kaca dan memeluknya
erat.
The
end………….