Kebudayaan
Hindu-Buddha di Indonesia
Perkembangan pengaruh Hindu-Buddha
yang penting meliputi tiga hal, yakni :
- Dengan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha, maka bangsa
Indonesia memasuki zaman Sejarah
- Kesenian yang bercorak Hindu-Buddha berkembang di Indonesia
- Di Indonesia berdiri kerajaan-kerajaan bercorak
Hindu-Buddha
Jalur perdagangan India-Cina melalui Indonesia
Wilayah Indonesia terdiri atas pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama penghubung antarpulau. Pelayaran ini dilakukan dengan rangka mendorong aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh kerajan-kerajaan di Indonesia bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah Indonesia.
Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan melalui laut antara Romawi dan Cina. Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan dagang Cina dan Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah yang dilalui, termasuk wilayah Indonesia oleh karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang Cina dengan Romawi, maka terjadillah hubungan dagang antara kerajaan-kerajaan di Indonesia dan Cina beserta India.
Teori masuknya dan berkembangnya Agama serta Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Melalui hubungan perdagangan, berkembanglah kebudayaan-kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang di Indonesia. Hubungan perdagangan antara Indonesia dan India membawa agama Hindu dan Buddha tersebar di Indonesia serta dianut oleh raja-raja dan para bangsawan. Dari lingkungan raja dan bangsawan itulah agama Hindu-Buddha tersebar ke lingkungan rakyat biasa.
Penyiaran Agama Buddha di Indonesia
Wilayah Indonesia terdiri atas pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama penghubung antarpulau. Pelayaran ini dilakukan dengan rangka mendorong aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh kerajan-kerajaan di Indonesia bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah Indonesia.
Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan melalui laut antara Romawi dan Cina. Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan dagang Cina dan Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah yang dilalui, termasuk wilayah Indonesia oleh karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang Cina dengan Romawi, maka terjadillah hubungan dagang antara kerajaan-kerajaan di Indonesia dan Cina beserta India.
Teori masuknya dan berkembangnya Agama serta Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Melalui hubungan perdagangan, berkembanglah kebudayaan-kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang di Indonesia. Hubungan perdagangan antara Indonesia dan India membawa agama Hindu dan Buddha tersebar di Indonesia serta dianut oleh raja-raja dan para bangsawan. Dari lingkungan raja dan bangsawan itulah agama Hindu-Buddha tersebar ke lingkungan rakyat biasa.
Penyiaran Agama Buddha di Indonesia
Agama Buddha masuk ke
Indonesia dibawa oleh para biksu. Antara lain seorang biksu dari Kashmir
bernama Gunawarman datang ke Indonesia sekitar tahun 240. Gunawarman adalah
seorang biksu Buddha Hinayana. Pada tahun-tahun berikutnya, para biksu Buddha
dari Perguruan Tinggi Nalanda (Benggala, India) pun datang ke Indonesia. Makin
lama pengaruh Buddha makin berkembang di Indonesia.
Penyiaran agama Buddha di Indonesia lebih awal dari agama Hindu. Dalam penyebarannya agama Buddha mengenal adanya misi penyiar agama yang disebut, Dharmadhuta. Tersiarnya agama Buddha di Indonesia, diperkirakan sejak abad ke-2 Masehi, dibuktikan dengan penemuan Arca Buddha dari perunggu di Jember, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Arca-arca itu berlanggam Amarawati. Namun, belum diketahui siapa pembawanya dari India Selatan ke Indonesia. Di samping itu, juga ditemukan arca Buddha dari batu di Palembang.
Penyiaran Agama Hindu di Indonesia
Penyiaran agama Buddha di Indonesia lebih awal dari agama Hindu. Dalam penyebarannya agama Buddha mengenal adanya misi penyiar agama yang disebut, Dharmadhuta. Tersiarnya agama Buddha di Indonesia, diperkirakan sejak abad ke-2 Masehi, dibuktikan dengan penemuan Arca Buddha dari perunggu di Jember, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Arca-arca itu berlanggam Amarawati. Namun, belum diketahui siapa pembawanya dari India Selatan ke Indonesia. Di samping itu, juga ditemukan arca Buddha dari batu di Palembang.
Penyiaran Agama Hindu di Indonesia
Proses masuknya agama Hindu di Indonesia
dibawa oleh kaum pedagang, baik pedagang India yang datang ke Indonesia maupun
pedagang dari wilayah Indonesia yang berlayar ke India. Akan tetapi, di lain
pihak terdapat beberapa teori yang berbeda tentang penyebaran agama Hindu ke
Indonesia. Pendapat atau teori tersebut di antarannya :
- Teori Sudra,
menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh
orang-orang India yang berkasta Sudra, karena mereka dianggap sebagai
orang-orang buangan.
- Teori Waisya,
menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh
orang-orang India berkasta Waisya, karena mereka terdiri atas para pedagang
yang datang dan kemudian menetap di salah satu wilayah di Indonesia.
Bahkan banyak di antara pedagang itu yang menikah dengan wanita
setempat.
- Teori Ksatria,
menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh
orang-orang India berkasta Ksatria. Hal ini disebabkan terjadi kekacauan
politik di India, sehingga para Ksatria yang kalah melarikan diri ke
Indonesia. Mereka lalu mendirikan kerajaan-kerajaan dan menyebarkan agama
Hindu.
- Teori Brahmana,
menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu dilakukan oleh kaum Brahmana.
Kedatangan mereka ke Indonesia untuk memenuhi undangan kepala suku yang
tertarik dengan agama Hindu. Kaum Brahmana yang datang ke Indonesia inilah
yang mengajarkan agama Hindu ke masyarakat.
Dari keempat teori tersebut, hanya
teori Brahmana yang dianggap sesuai dengan bukti-bukti yang ada. Bukti-bukti
tersebut diantaranya :
- Agama Hindu bukan agama yang demokratis, karena urusan
keagamaan menjadi monopoli kaum Brahmana, sehingga hanya golongan Brahmana
yang berhak dan mampu menyiarkan agama Hindu.
- Prasasti yang pertama kali ditemukan berbahasa
Sansekerta, sedangkan di India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci
dan upacara keagamaan. Jadi, hanya kaum Brahmana-lah yang mengerti dan
menguasai penggunaan bahasa tersebut.
Perkembangan Agama dan Kebudayaan
Hindu-Buddha di Indonesia
Tersebarnya pengaruh Hindu dan Buddha di Indonesia menyebabkan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan itu terlihat dengan jelas pada kehidupan masyarakat Indonesia di berbagai daerah di Indonesia.
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat di Berbagai Daerah dengan Tradisi Hindu-Buddha
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia menimbulkan perpaduan budaya antara budaya Indonesia dengan budaya Hindu-Buddha. Perpaduan dua budaya yang berbeda ini dapat disebut dengan akulturasi, yaitu dua unsur kebudayaan bertemu dan dapat hidup berdampingan serta saling mengisi dan tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.
Namun, sebelum masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat di wilayah Indonesia telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia diterima dan diolah serta disesuaikan dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia, tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.
Oleh karena itu, Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan :
Tersebarnya pengaruh Hindu dan Buddha di Indonesia menyebabkan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan itu terlihat dengan jelas pada kehidupan masyarakat Indonesia di berbagai daerah di Indonesia.
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat di Berbagai Daerah dengan Tradisi Hindu-Buddha
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia menimbulkan perpaduan budaya antara budaya Indonesia dengan budaya Hindu-Buddha. Perpaduan dua budaya yang berbeda ini dapat disebut dengan akulturasi, yaitu dua unsur kebudayaan bertemu dan dapat hidup berdampingan serta saling mengisi dan tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.
Namun, sebelum masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat di wilayah Indonesia telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia diterima dan diolah serta disesuaikan dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia, tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.
Oleh karena itu, Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan :
- Masyarakat di Indonesia telah memiliki dasar-dasar
kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing menambah
perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
- Masyarakat di Indonesia memiliki kecakapan istimewa
yang disebut dengan local genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk
menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut
sesuai dengan kepribadiannya.
Munculnya pengaruh Hindu-Buddha
(India) di Indonesia sangat besar dan dapat terlihat melalui beberapa hal
seperti :
- Seni Bangunan.
Seni Bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh Hindu Buddha di
Indonesia pada bangunan Candi. Candi Hindu maupun Candi Buddha ditemukan
di Sumatera, Jawa, dan Bali pada dasarnya merupakan perwujudan akulturasi
budaya lokal dengan bangsa India. Pola dasar candi merupakan perkembangan
dari zaman prasejarah tradisi megalitikum, yaitu bangunan punden berundak
yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud candi, seperti
Candi Borobudur.
- Seni Rupa.
Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal ini
terbukti dengan telah ditemukannya arca Buddha berlanggam Gandara di kota
Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di
Sikendeng (Sulawesi Selatan). Seni rupa India pada Candi Borobudur ada
pada relief-relief ceritera Sang Buddha Gautama. Relief pada Candi
Borobudur pada umumnya lebih menunjukkan suasanan alam Indonesia, terlihat
dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping
itu, juga terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut
merupakan lukisan asli Indonesia, karena lukisan seperti itu tidak pernah
ditemukan pada candi-candi yang ada di India. Juga relieef Candi Prambanan
yang memuat ceritera Ramayana.
- Seni Sastra.
Seni sastra India turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia. Bahasa
sansekerta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra
Indonesia. Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha di
Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat,
Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sansekerta dan huruf
Pallawa. Dalam perkembangan bahasa Indonesia dewasa ini, pengaruh bahasa
Sansekerta cukup dominan terutama dalam istilah-istilah pemerintahan juga
kitab-kitab kuno di Indonesia banyak yang menggunakan bahasa Sansekerta.
Contohnya adalah :
- Arujunawiwaha, karya Empu Kanwa pada zaman
pemerintahannya Airlangga.
- Bharatayudha, karya Empu Sedah dan Empu Panuluh pada
zaman kerajaan Kediri.
- Gatutkacasraya, karya Empu Panuluh pada zaman Kerajaan
Kediri.
- Arjunawijaya, kerya Empu tantular pada zaman Kerajaan
Majapahit.
- Kalender.
Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan
wujud dari akulturasi, yaitu dengan penggunaaan tahun Saka. Di samping
itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau kronogram dalam usaha
memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala
adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau gambaran kata. Bila berupa
gambar harus dapat diartikan kedalam bentuk kalimat.
- Kepercayan dan
Filsafat. Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia.
bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan
terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme dan
dinamisme. Kemudian, masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia
mengakibatkan terjadinya akulturasi. Masuk dan berkembangnya pengaruh
terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan
pemujaan dewa-dewa alam.
- Pemerintahan.
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, bangsa Indonesia mengenal sistem
pemerintahan. Sistem pemerintahan kepala suku berlangsung secara
demokratis, yaitu salah seorang kepala suku merupakan pemimpin yang
dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan dari anggota
kelompok suku lainnya. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh
Hindu-Buddhha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem kepala
pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintahan
bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang memerintahkan
kerajaannya secara turun-temurun. ( Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan,
melainkan oleh keturunan).
Faktor-faktor penyebab runtuhnya
kerajaan bercorak Hindu-Buddha
Perkembangan pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha cukup besar, karena dapat memengaruhi seluruh sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan, tidak kurang dari seribu tahun pengaruh Hindu-Buddha dominan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan melalui perkembangan kerajaan Kutai hingga runtuhnya kerajaan Majapahit.
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan runtuhnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha diwilayah Indonesia.
Perkembangan pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha cukup besar, karena dapat memengaruhi seluruh sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan, tidak kurang dari seribu tahun pengaruh Hindu-Buddha dominan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan melalui perkembangan kerajaan Kutai hingga runtuhnya kerajaan Majapahit.
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan runtuhnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha diwilayah Indonesia.
- Terdesaknya kerajaan-kerajaan sebagai akibat munculnya
kerajaan yang lebih besar dan lebih kuat.
- Tidak ada peralihan kepemimpinan atau kaderisasi,
seperti yang terjadi pada mas kekuasaan Kerajaan Majapahit
- Berlangsungnya perang saudara yang justru melemahkan
kekuasaan kerajaan, seperti yang terjadi pada kerajaan Syailendra dan
Majapahit
- Banyak daerah yang melepaskan diri akibat lemahnya
pengawassan pemerintahan pusat dan raja-raja bawahan membangun sebuah
kerajaan yang merdeka serta tidak terikat lagi oleh pemerintahan pusat
- Kemunduran ekonomi dan perdagangan. Akibat kelemahan
pemerintah pusat, masalah perekonomian dan perdagangan diambil alih para
pedagangn Melayu dan Islam
- Tersiarnya agama dan budaya Islam, yang dengan mudah
diterima para dipati di daerah pesisir. Hal ini membuat mereka merasa
tidak terikat lagi dengan pemerintahan kerajaan pusat seperti pada
kekuasaan kerajaan Majapahit.
Setelah kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha runtuh, seperti kerajaan Majapahit di daerah Jawa Timur dan
kerajaan Pajajaran di derah Jawa Barat, bukan berarti tradisi Hindu-Buddha juga
lenyap. Tradisi Hindu-Buddha masih terus bertahan sesuai dengan perkembangan
zaman. Bahkan pada daerah-daerah yang telah mendapat pengaruh Islam, tradisi
Hindu-Buddha tidak begitu saja menghilang. Misalnya pada masyarakat Jawa
terdapat upacara membawa sesaji ke sawah atau upacara persembahan kepada
penguasa Laut Selatan dan lain sebagainya.
Sementara itu, tradisi Hindu-Buddha masih terus bertahan dalam kehidupan masyarakat Bali. Setelah kerajaan Hindu Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang pindah ke pulau Bali dan melanjutkan tradisi kehidupannya disana. Dalam kehidupan masyarakat Bali sering terdengar istilah Wong Majapahit atau sekelompok orang yang berasal dari Majapahit. Masyarakat Hindu Bali yang termasuk keturunan Majapahit memiliki tempat yang mayoritas. Sedangkan masyarakat Bali asli terdesak ke daerah-daerah pegunungan seperti ke daerah Trunyan, Tenganan (di daerah Bali bagian timur), Tigawasa, Sembiran (di daerah Bali Utara).
Bali juga dapat disebut sebagai museum hidup kebudayaan Hindu di Indonesia. Agama Hindu di Bali disebut dengan agama Hindu Dharma atau dengan Hindu dan Buddha. Roh nenek moyang dipuja oleh anak cucunya setelah jenazah dibakar (ngaben). Tempat pemujaannya dilakukan di Pura. Sementara itu, dewa-dewa dalam agama Hindu telah dimanifestasikan sebagai Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Sang Hyang Widhi. Dalam penjelmaannya dapat disebut sebagai Dewa Brahma(pencipta), Dewa Wisnu(pemelihara), dan Dewa Siwa(pelabur/perusak). Di samping itu juga dipuja dewa-dewa yang telah disesuaikan dengan fungsi dan kedudukan dari dewa tersebut seperti Dewi Sri(dewa padi), Dewa Agni(dewa api), Dewa Baruna(dewa laut), Dewa Bayu(dewa angin), dan lain sebagainya.
Apabila kita perhatikan, ternyata perkembangan pengaruh Hindu-Buddha di wilayah Indonesia tidak meliputi seluruh masyarakat di kepulauan Indonesia. Bahkan dua kerajaan nasional yang pernah membawa harum nama Indonesia sampai ke luar wilayah Indonesia seperti Sriwijaya dan Majapahit, belum dapat mengembangkan pengaruhnya ke seluruh wilayah Indonesia. Pengaruh kerajaan Sriwijaya terbatas pada daerah-daerah di wilayah Indonesia bagian barat. Sedangkan kerajaan Majapahit yang berhasil mempersatukan seluruh wilayah Nusantara, ternyata kekuasannya hanya terbatas pada bidang politik yang dibuktikan dengan tunduknya mereka kepada Majapahit. Tetapi Majapahit tidak mengembangkan pengaruh budaya dan agama Hindu pada daerah-daerah yang dikuasainya. Sehingga ketika kerajaan Majapahit runtuh, mereka terus mengembangkan pola hidup seperti pada masa sebelum daerah tersebut dikuasai kerajaan Majapahit. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan tradisi Hindu-Buddha tidak merata di kepulauan Indonesia. Daerah-daerah yang tidak mendapat pengaruh Hindu-Buddha di wilayah Indonesia antara lain Sulawesi, Kepulauan Maluku, Papua, dan Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
Sementara itu, tradisi Hindu-Buddha masih terus bertahan dalam kehidupan masyarakat Bali. Setelah kerajaan Hindu Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang pindah ke pulau Bali dan melanjutkan tradisi kehidupannya disana. Dalam kehidupan masyarakat Bali sering terdengar istilah Wong Majapahit atau sekelompok orang yang berasal dari Majapahit. Masyarakat Hindu Bali yang termasuk keturunan Majapahit memiliki tempat yang mayoritas. Sedangkan masyarakat Bali asli terdesak ke daerah-daerah pegunungan seperti ke daerah Trunyan, Tenganan (di daerah Bali bagian timur), Tigawasa, Sembiran (di daerah Bali Utara).
Bali juga dapat disebut sebagai museum hidup kebudayaan Hindu di Indonesia. Agama Hindu di Bali disebut dengan agama Hindu Dharma atau dengan Hindu dan Buddha. Roh nenek moyang dipuja oleh anak cucunya setelah jenazah dibakar (ngaben). Tempat pemujaannya dilakukan di Pura. Sementara itu, dewa-dewa dalam agama Hindu telah dimanifestasikan sebagai Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Sang Hyang Widhi. Dalam penjelmaannya dapat disebut sebagai Dewa Brahma(pencipta), Dewa Wisnu(pemelihara), dan Dewa Siwa(pelabur/perusak). Di samping itu juga dipuja dewa-dewa yang telah disesuaikan dengan fungsi dan kedudukan dari dewa tersebut seperti Dewi Sri(dewa padi), Dewa Agni(dewa api), Dewa Baruna(dewa laut), Dewa Bayu(dewa angin), dan lain sebagainya.
Apabila kita perhatikan, ternyata perkembangan pengaruh Hindu-Buddha di wilayah Indonesia tidak meliputi seluruh masyarakat di kepulauan Indonesia. Bahkan dua kerajaan nasional yang pernah membawa harum nama Indonesia sampai ke luar wilayah Indonesia seperti Sriwijaya dan Majapahit, belum dapat mengembangkan pengaruhnya ke seluruh wilayah Indonesia. Pengaruh kerajaan Sriwijaya terbatas pada daerah-daerah di wilayah Indonesia bagian barat. Sedangkan kerajaan Majapahit yang berhasil mempersatukan seluruh wilayah Nusantara, ternyata kekuasannya hanya terbatas pada bidang politik yang dibuktikan dengan tunduknya mereka kepada Majapahit. Tetapi Majapahit tidak mengembangkan pengaruh budaya dan agama Hindu pada daerah-daerah yang dikuasainya. Sehingga ketika kerajaan Majapahit runtuh, mereka terus mengembangkan pola hidup seperti pada masa sebelum daerah tersebut dikuasai kerajaan Majapahit. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan tradisi Hindu-Buddha tidak merata di kepulauan Indonesia. Daerah-daerah yang tidak mendapat pengaruh Hindu-Buddha di wilayah Indonesia antara lain Sulawesi, Kepulauan Maluku, Papua, dan Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
KEBUDAYAAN ISLAM
Kebudayaan Islam adalah
apa yang dihasilkan dari segala kreativitas, kebijakan, dan aktivitas manusia
yang di dalamnya mengamalkan, bernafaskan, dan dipengaruhi oleh ajaran Islam.
Baik secara langsung atau tidak langsung, pada masyarakat Islam yang
menjalankan ajaran Islam dengan baik dan benar, akan muncul Kebudayaan Islam.
Sebagai contoh misalnya dalam bidang seni seperti : munculnya bentuk Kaligrafi
dan Qiro’atul Qur’an ( Ayat Qur’annya Wahyu Allah, sedang Kaligrafi dan
Qiro’ahnya merupakan seni budaya, kreasi dari manusia ). Selain itu sebagai
contoh pula antara lain dalam kehidupan, misalnya membudayaan pengucapan
“Assalamu’alaikum” dalam masyarakat; membudayakan Ijab-Qobul/Pernikahan bagi
yang akan hidup berumah tangga; membudayakan etika Islami seperti penghormatan
pada kedua orang tua, pada guru, pada yang lebih tua; adab bermusyawarah; cara
makan dan minum; cara berpakaian; hubungan suami-isteri; etika jual-beli, dan
masih banyak lagi. Dalam hal Kebudayaan, ajaran Islam dapat beradaptasi secara
lentur dan ulet, artinya lentur dapat menyesuaikan dengan budaya local yang
diperkaya dengan ajaran Islam, sedangkan ulet artinya selektif terhadap budaya
local yang mengandung larangan dalam Islam (seperti: budaya yang ada
kandungannya maksiyat – syirik –dlolim- yang diharamkan dalam Islam) semua itu
akan dihindari atau “dibesut” bila akan bersentuhan dengan budaya Islam.
Dengan demikian jelas, bahwa Kebudayaan Islam adalah hasil- produk cipta-rasa-dan karsa manusia yang didalamnya mengandung ajaran Islam, dan juga di dalamnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Munculnya budaya Islam merupakan pengejawantahan dari sifat Rahmat lil alamien dari ajaran Islam, yang akan mensejahterakan lahir-bathin kehidupan umat manusia.
PROSES PEMBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
Masuk dan perkembangan awal Islam di Indonesia yang melalui jalan dagang dengan damai, kemudian diteruskan lebih banyak dengan pendekatan budaya. Dakwah atau penyebaran Islam melalui budaya ini rupanya merupakan kebijakan yang sangat cerdas pada zamannya. Sebagai contoh, strategi dakwah para ulama melalui budaya ini antara lain, sebuah naskah peninggalan Sunan Bonang, yang berisi semacam notilen hasil keputusan musyawarah, yang isinya antara lain :
“ Ngenani anane somowono kiprah mekare tsaqofah Hindu ing Nusasalaladane,
kewajibane para wali arep alaku tut-wuri-hangiseni, darapon supoyo sanak –
kadang Hidu malah lego-legowo manjing ing Islam “ ( Naskah ini berada di Asta-
na Tuban, disalin dari Arab Gundhil oleh Ki Musa Al Mahfuld ).
Arti dari “ Tut Wuri Hangiseni” adalah mengisi wadah (=budaya) yang sudah ada dengan ajaran Islam. Dari contoh ini, kemudian bila dirunut perjalanan dakwah para ulama pada awal Islam di Indonesia, maka kebijakan dakwah melalui tsaqofah banyak dilakukan.
Pendidikan Islam awal di Indonesia juga menggunakan pendekatan budaya, sebagai contoh, lembaga pendidikan Pesantren, merupakan upaya para ulama mengadopsi lembaga pendidikan Hindu yang dulu bernama Padepokan, yang di dalamnya terdapat Rsi atau Begawan sebagai gurunya, kemudian diubah jadi KYAI ( dari kata sansekerta Rakyai = orang terhormat ), kemudia siswanya adalah Cantrik, kemudian jadi kata SANTRI, sedangkan tempat para santri disebut Pa – Santri –an ( Pa= tempat, jadi tempat para santri = Pesantren ).
Dalam Seni-Sastra, dikenal adanya HIKAYAT, Babad, Serat, Tambo, dan sebagainya. Dalam Seni Musik dan Lagu, muncul Sekaten, Gambus, Samroh, Orkes Melayu, litik dan lagunya Bimbo – Ebit – Ungu, dan sebagainya. Dalam Seni Tari dan Drama muncul Seudati, Slawatan Agguk, Peksimoi, Tari Pencak, Pewayangan, Kethoprak dan sebagainya. Dalam Seni Lukis muncul Kaligrafi Al Qur’an berpadu dengan bentuk keIndonesiaan, ornament atau ragam hias dari ayat-ayat Al Qur’an. Seni berpakian, muncul penyempurnaan pakaian dengan menutup aurath, gaya topi/kupluk,sorban, dan sebagainya. Dalam bidang seni ini ada yang meneruskan tradisi lama yang kemudian dipadukan dan dibesut, dan ada pula yang memang dibawa dari Asia Barat.
Dalam bidang kehidupan social, muncul antara lain semangat Gotong-Royong (tolong-menolong = Wa ta’awanu’alal birri wat-Taqwa) hidup tidak individualistik; Etika bermusyawarah; Etika kehidupan sehari-hari ( lihat: praktek dari Adabun Nabawiyah ); Cinta-kasih pada yang lemah –fakir-miskin-anak yatim; keberanian melawan penjajahan-kedloliman; etika hormat menghormati, terutama kepada kedua orang tua; kebiasaan mengucapkan salam baik dalam majelis maupun dalam perjuampaan; mengusahakan islakh atau perdamaian bila terjadi konflik sesame; menghidum-suburkan Silaturahim saling berkunjung-tegur sapa, saling ma’af-mema’afkan; mempererat tali Ukhuwah dan taqorrub , persaudaraan dengan keakraban; menbudayakan tabayyun atau membuktikan kebenaran bila terjadi “kabar burung / Issue “. Tradisi budaya menuntut Ilmu Pengetahuan, baik melalui lembaga formal maupun nonformal, dan masih banyak lagi kebudayaan Islam yang telah mengakar dan mentradisi di Indonesia.
Proses dakwah melalui pembudayaan ajaran Islam terus dilakukan, namun pada saat kedatangan bangsa Eropa yang kemudian menjajah Iindonesia, pembudayaan ajaran Islam juga mengalami hambatan, bahkan terjadi pergeseran dan perubahan akibat penjajhan tersebut.
Dengan demikian jelas, bahwa Kebudayaan Islam adalah hasil- produk cipta-rasa-dan karsa manusia yang didalamnya mengandung ajaran Islam, dan juga di dalamnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Munculnya budaya Islam merupakan pengejawantahan dari sifat Rahmat lil alamien dari ajaran Islam, yang akan mensejahterakan lahir-bathin kehidupan umat manusia.
PROSES PEMBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
Masuk dan perkembangan awal Islam di Indonesia yang melalui jalan dagang dengan damai, kemudian diteruskan lebih banyak dengan pendekatan budaya. Dakwah atau penyebaran Islam melalui budaya ini rupanya merupakan kebijakan yang sangat cerdas pada zamannya. Sebagai contoh, strategi dakwah para ulama melalui budaya ini antara lain, sebuah naskah peninggalan Sunan Bonang, yang berisi semacam notilen hasil keputusan musyawarah, yang isinya antara lain :
“ Ngenani anane somowono kiprah mekare tsaqofah Hindu ing Nusasalaladane,
kewajibane para wali arep alaku tut-wuri-hangiseni, darapon supoyo sanak –
kadang Hidu malah lego-legowo manjing ing Islam “ ( Naskah ini berada di Asta-
na Tuban, disalin dari Arab Gundhil oleh Ki Musa Al Mahfuld ).
Arti dari “ Tut Wuri Hangiseni” adalah mengisi wadah (=budaya) yang sudah ada dengan ajaran Islam. Dari contoh ini, kemudian bila dirunut perjalanan dakwah para ulama pada awal Islam di Indonesia, maka kebijakan dakwah melalui tsaqofah banyak dilakukan.
Pendidikan Islam awal di Indonesia juga menggunakan pendekatan budaya, sebagai contoh, lembaga pendidikan Pesantren, merupakan upaya para ulama mengadopsi lembaga pendidikan Hindu yang dulu bernama Padepokan, yang di dalamnya terdapat Rsi atau Begawan sebagai gurunya, kemudian diubah jadi KYAI ( dari kata sansekerta Rakyai = orang terhormat ), kemudia siswanya adalah Cantrik, kemudian jadi kata SANTRI, sedangkan tempat para santri disebut Pa – Santri –an ( Pa= tempat, jadi tempat para santri = Pesantren ).
Dalam Seni-Sastra, dikenal adanya HIKAYAT, Babad, Serat, Tambo, dan sebagainya. Dalam Seni Musik dan Lagu, muncul Sekaten, Gambus, Samroh, Orkes Melayu, litik dan lagunya Bimbo – Ebit – Ungu, dan sebagainya. Dalam Seni Tari dan Drama muncul Seudati, Slawatan Agguk, Peksimoi, Tari Pencak, Pewayangan, Kethoprak dan sebagainya. Dalam Seni Lukis muncul Kaligrafi Al Qur’an berpadu dengan bentuk keIndonesiaan, ornament atau ragam hias dari ayat-ayat Al Qur’an. Seni berpakian, muncul penyempurnaan pakaian dengan menutup aurath, gaya topi/kupluk,sorban, dan sebagainya. Dalam bidang seni ini ada yang meneruskan tradisi lama yang kemudian dipadukan dan dibesut, dan ada pula yang memang dibawa dari Asia Barat.
Dalam bidang kehidupan social, muncul antara lain semangat Gotong-Royong (tolong-menolong = Wa ta’awanu’alal birri wat-Taqwa) hidup tidak individualistik; Etika bermusyawarah; Etika kehidupan sehari-hari ( lihat: praktek dari Adabun Nabawiyah ); Cinta-kasih pada yang lemah –fakir-miskin-anak yatim; keberanian melawan penjajahan-kedloliman; etika hormat menghormati, terutama kepada kedua orang tua; kebiasaan mengucapkan salam baik dalam majelis maupun dalam perjuampaan; mengusahakan islakh atau perdamaian bila terjadi konflik sesame; menghidum-suburkan Silaturahim saling berkunjung-tegur sapa, saling ma’af-mema’afkan; mempererat tali Ukhuwah dan taqorrub , persaudaraan dengan keakraban; menbudayakan tabayyun atau membuktikan kebenaran bila terjadi “kabar burung / Issue “. Tradisi budaya menuntut Ilmu Pengetahuan, baik melalui lembaga formal maupun nonformal, dan masih banyak lagi kebudayaan Islam yang telah mengakar dan mentradisi di Indonesia.
Proses dakwah melalui pembudayaan ajaran Islam terus dilakukan, namun pada saat kedatangan bangsa Eropa yang kemudian menjajah Iindonesia, pembudayaan ajaran Islam juga mengalami hambatan, bahkan terjadi pergeseran dan perubahan akibat penjajhan tersebut.
KEBUDAYAAN BARAT
Pengertian kebudayaan barat
Kebudayaan
barat adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadaran dengan cara memahami ilmu
pengetahuan dan filsafat. Mereka melakukan berbagai macam cara diskusi dan
debat untuk menemukan atu menentukan makna seperti apa yang sebenarnya murni /
asli dari kesadaran. Mereka banyak belajar dan juga mengajar yang awalnya
datang dari proses diskusi dan perdebatan yang mereka lakukan. Melalui proses
belajar dan mengajar, para ahli kebudayaan barat dituntut untuk pandai dalam
berceramah dan berdiskusi. Hal itu dilakukan karena pada akhirnya akan banyak
yang mengikuti ajarannya.
Kebudayaan barat tak bisa
langsung diartikan kebudayaan yang dating dari barat. Kebudayaan barat yang
ditulis sebagai western culture. Western culture diakui oleh Negara belahan
dunia manapun sebagai kultur yang berada di Eropa barat bukan Amerika, bukan
Australia, dan bukan Negara Eropa Timur atau Selatan. Namun seiring
perkembangan, terjadilah pembatas yang membatasi buudaya barat dan timur.
Mungkin karena perbedaan ras, Agama, persamaan kebudayaan di beberapa belahan
Negara, sehingga muncul istilah tersebut. Jadi, jika kita langsung melogika.
Budaya barat bukanlah sebuah istilah sebuah arah mata angin yaitu budaya pada
bagian barat kita melainkan sebuah istilah yang berawal dari kawasan Eropa
barat.
Ada 3 ciri dominan dalam budaya
barat :
Pertama adlah “penghargaan
terhadap martabat manusia’. Hal ini bisa dilihat pada nilai-nilai seperti : demokrasi,
institusi social, dan kesejahteraan ekonomi.
Kedua adalah “kebebasan”. Di
barat anak-anak berbicara terbuka di depan orang dewasa, orang-orang berpakaian
menurut selera masing-masing, mengemukakan pendapat secara bebas, tidak
membedakan status social dsb.
Ketiga adalah “penciptaan dan
pemanfaatan teknologi” seperti pesawat jet, satelit,
televisi,telepon,listrik,computer dsb. Orang barat menekankan logika dan ilmu.
Orang barat cenderung aktif dan analitis.
Sumber:
www.gunadarma.ac.id
www.studentsite.gunadarma.ac.
1 komentar:
ya,,, tingkatkan kebudayaan indonesia juga dong,,, jangan cuman kebudayaan islam, hindu-budha, sama barat aja,,, kebudayaan indonesia juga harus di lestarikan,,,
Posting Komentar