http://cursors1.totallyfreecursors.com/thumbnails/hellokitty2.gif

Pages

Selasa, 21 Mei 2013

tugas ke 3 IBD


1.       Dalam hal keindahan terdapat hubungan antara estetis dan kebudayaan jelaskan!

Keindahan Dan Kebudayaan
Hubungan dengan Kebudayaan
Dalam hal keindahan, terdapat hubungan antara estetis dan kebudayaan. Estetis adalah rasa yang terdapat dalam diri manusia sebagai unsur budaya, sedangkan kebudayaan adalah pantulan dari estetis dalam diri manusia, baik yang berupa sikap dan perilaku maupun yang berupa karya cipta.
Keindahan dalam Kebudayaan
Apabila dalam diri manusia sudah terbiasa berkembang rasa keindahan, setiap wujud penampilannya selalu menyenangkan, menggembirakan, menarik perhatian, dan tidak membosankan orang lain. Dalam kebudayaan terdapat keindahan yang senantiasa dipelihara kelestarian dan kelangsungannya, misalnya kehalusan tutur bahasa kerapian cara berpakaian, dan kemegahan prasasti-prasasti peninggalan nenk moyang dan lain sebagainya. Maka manusia harus benar-benar menjaga kelestarian keindahan, karena keindahan menentukan kelestarian dan kelangsungan suatu kebudayaan.
2.       Jelaskan keindahan dan karya cipta !

Konsep Keindahan
Indah merupakan konsep konkret hasil tanggapan terhadap suatu objek. Indah dalam bahasa yunani disebut aesthesis, diserap kedalam bahasa Indonesia disebut estetis, artinya sifat indah, yaitu nilai kualitas dari suatu objek. Sedangkan keindahan sendiri akan mempunyai makna yang abstrak jika tidak dihubungkan dengan suatu objek atau bentuk.
Karya cipta
Hak cipta
(lambang internasional: ©, Unicode: U+00A9) adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau "ciptaan". Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri.
Dari penjabaran diatas diketahui bahwa karya cipta merupakan buah hasil dari seseorang yang memiliki ha katas apa yang telah ia lahirkan atau yang dibuatnya sendiri sehingga tidak dapat di klaim oleh orang lain kecuali atas seijin pembuat karya cipta itu sendiri.

Referensi :
http://sospol.untag-smd.ac.id/wp-content/uploads/2012/04/Kebudayaan-Peradaban-dan Sistem-Nilai-Budaya-6.doc



Karya Cipta sendiri (Tugas IBD) - Cerpen

Persahabatan Fiko dan Firna
keluarga kecil yang tinggal di suatu desa yang amat indah dengan sekelilingnya dipenuhi kebun . terdapat sebuah rumah kecil yang berdiri di tanah itu. Rumah yang sangat sejuk dan menghangatkan bagi keluarga yang menempatinya, Hiduplah keluarga tersebut dengan seorang gadis kecil yang cantik jelita yang menjadi anak satu-satunya dan sekaligus anak yang sangat mereka sayangi sepenuh hati, dia bernama Firna, Firna adalah seorang yang penurut, senang membantu kedua orang tuanya yang memiliki pekerjaan sebagai petani tersebut, hari-harinya penuh dengan canda,. Namun  ada 1 buah rumah lagi yang menemani rumah itu jaraknya sekitar 3km jauhnya, hanya ada 2 buah rumah di tempat itu, betapa heningnya disana. Dirumah yang satu ini adalah sebuah keluarga berada yang merasa nyaman untuk tinnggal disebuah rumah pedesaan. Fiko., Fiko adalah nama anak nya dia sebagai teman Firna selama dia tinggal didesa tersebut. Ibu Fiko seorang ibu rumah tangga yang hobinya adalah merajut, sehingga rumahnya dipenuhi hasil karya rajutannya, kadang kala hasil rajutannya tersebut ia jual sengaja di pasar yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya. Ayah Fiko adalah seorang pengusaha yang setiap harinya hamper jarang bahkan tidak pernah berkunjunng ke rumahnya karena jauhnya dengan pekerjaan, ia sering kali menghampiri Fiko dan ibunya hanya apabila ia tak sibuk dan merasa sangat rindu pada keluarganya.
Firna dan Fiko masihlah amat kecil sehingga sebagai anak kecil yang normal mereka butuh bermain. Fiko adalah teman satu-satunya bagi Firna, begitupun Fiko, hampir setiap hari mereka melewati hari besama. Mereka layaknya sepasang anak kembar karena usia mereka yang terpaut satu tahun bedanya dengan Firna yang lebih tua 1 tahun dari Fiko. Setiap pagi Fiko selalu pergi menuju rumah Firna untuk membantunya sekaligus bermain di kebun milik keluarga Firna tersebut.  Ibu Firna yang setiap hari rumahnya dikunjungi Fiko sudah merasa tak asing lagi karena sudah  menganggap nya sebagai anaknya sendiri, begitupun dengan ibu Fiko.
Waktu pun semakin cepat berlalu hingga tibalah saatnya Firna dan Fiko untuk menduduki bangku sekolah. Karena mereka berdua selalu bermain bersama kemana-mana bersama hingga akhirnya orang tua mereka pun memasukkan mereka ke sekolah yang sama. Tahun ini mereka duduk di kursi Sekolah Dasar, setiap hari mereka berdua pergi ke sekolah bersama dan pulang pun bersama, kegiatan mereka berdua sekarang sudah jarang sekali untuk menghabiskan waktu bermain di kebun, hanya sesekali ketika hari libur tiba, setiap disekolah mereka pun berdua namun tak menutup kemungkinan untuk mereka berteman dengan anak-anak lain disekolahnya.
Masa-masa sekolah dasarpun dilalui Firna dan Fiko dengan penuh kenangan hingga mereka lulus dari sekolah tersebut dan seiring dengan cepatnya pertumbuhan mereka pun telah tumbuh menjadi remaja. Firna telah menjelma menjadi seorang gadis cantik, sedangkan Fiko telah berubah menjadi seorang laki-laki remaja yang cool hingga disekolah Fiko menjadi laki-laki terganteng disekolahnya hingga semua wanita yang sekolah disana merasa sangat iri melihat Firna yang selalu berduaan dengan Fiko, namun mereka tahu bahwa Firna hanyalah teman kecil Fiko dan mereka tak pernah berpacaran, maka dari itu para wanita itu pun berlomba-lomba untuk merebut hatinya Fiko sehingga hal apapun mereka lakukan termasuk mendekati Firna untuk mendekatkannya dengan Fiko. Firna pun sadar bahwa temannya itu telah menjadi popular disekolahnya, sehingga Firna merasa terganggu dengan tingkah para wanita-wanita disekolahnya. Namun disisi lain Fiko tak pernah merespon ulah para wanita disekolahnya itu ia hanya menanggapinya dengan diam. Fiko adalah pria yang sangat cool dan baik, ia hanya melemparkan senyuman manisnya setiap kali para wanita disekolahnya menyapanya, hal itulah yang membuat para wanita itu menjadi tergil-gila padanya. Sementara itu saat perjalanan pulang Firna bermaksud menyela Fiko.
“Fiko, waaah kamu jadi pangeran yah disekolah ini, aku tidak pernah nangka sama kamu, tapi kenapa kamu mengabaikan mereka yang sangat cantik-cantik itu?’
“Agh, apaan sih kamu, mereka itu bukan tipeku tau?”
“gimana sih kamu, mereka itu sudah cantik, seksi pula, kamu itu laki-laki apa bukan sih, masa tidak tertarik satupun pada mereka.”
‘sudah ah, aku tidak mau membahas itu, Fir, aku mau ke toko buku dahulu, apa kau mau menemaniku?’
“oke baiklah aku juga sedikit malas untuk pulang kerumah. Tapi nanti kamu belikan aku ice cream kesukaanku yah.”
“dasar kau ini, baiklah” ucap Fiko sambil mengacak-acak rambut Firna. Mereka pun berjalan menuju tempat toko buku yang berada cukup jauh dari sekolahnya sehingga mereka harus menaiki kendaraan umum untuk tiba disana, mereka pun menaiki sebuah shuttle bus menuju Mall yang akan mereka kunjungi. Diperjalanan mereka bercanda dengan riang. Sampai akhirnya tiba di sebuah Mall di kota seoul. Mereka pun segera menuju ke tempat toko buku untuk mencari sebuah buku yang ingin dibeli Fiko.
“Fik, kamu cari buku apa memangnya?”
“aku mau cari buku tentang bisnis”
“mmh bisnis?”
“kenapa kamu sangat tertarik sekali untuk berbisnis sih fik?”
“ aku suka dengan bisnis, lagi pula aku akan menggatikan bisnis ayahku nantinya”
Meskipun Fiko masih anak SMA biasa, namuun ia telah memikirkan masa depannya yang akan ia raih di masa depan nanti, dia memang berbeda dengan para remaja lainnya yang tengah asik menikmati masa-masa remajanya sementara itu ia menghabiskan hobinya dengan mempelajari tentang bisnis, sementara itu Firna yang bercita-cita ingin menjadi seorang Gardener dan memiliki banyak kebun berhektar-hektar yang ia impikan. Karena ia terobsesi dengan pekerjaan ayahnya dan sekaligus ingin meneruskan usaha ayahnya itu. Maka dari itu Firna setiap libur selalu membantu ayahnya menanam maupun memanen sayuran atau apapun. Setelah 2 jam mereka berada didalam toko buku tersebut, akhirnya Fiko menemukan buku yang ia inginkan.
“Fir, sudah ketemu nih, ayo kita bayar dulu.”
“baiklah, Fik tadi aku sempat baca buku-buku mengenai tanaman disana, aku punya sedikit pengetahuan baru tentang bagaimana membuat tanaman cepat tumbuh dan tahan lama.”
“benarkah, kenapa tidak dibeli saja?”
“ ah tidak usah, aku tidak membawa uang yang cukup untuk membelinya.”
“bisa pakai uangku, mau tak?”
“tidak usah, aku nunggu diluar saja yah.”
Sementara Firna keluar, Fiko kembali menuju rak buku kembali mengambil buku yang sempat dibaca Firna yang ia lihat tadi, maka Fiko berniat untuk membelikannya karena ia melihat Firna sangat serius membaca buku itu, tanpa seepengetahuan Firna, ia akan membelikannya untuk Firna. Setelah membayar buku tersebut, Fiko segera menghampiri Firna yang tengah menunggu dipinggir toko buku tersebut.
“Ayo, sudah nih.”
“ice cream! Mana upahnya belikan aku ice cream”
“iya, iya ayo kita ke toko ice cream.”
Mereka pun menuju toko penjual ice cream dan memesan dua ice crem, setelah menikmati ice cream  akhirnya Firna pun puas dan tak terasa hari sudah menjelang sore, maka Fiko berniat untuk mengajak Firna pulang kerumah.
“Fir, sudah sore nih, pulang yuk?” mendengar Fiko berbicara Firna pun segera meraih jam tangannya dan melihat pukul berapa.
“tak terasa sudah sore. Ayo.”
Mereka pun bergegas menuju tempat shuttle bus dan akhirnya nasib mereka beruntung tak harus menunggu lama, bus yang mereka tunggu akirnya tiba dengan lebih cepat maka mereka pun langsung segera menaiki bus itu dan sgera duduk. Diperjalanan Firna terasa sangat lelah hingga diapun merasa sangat ngantuk dan beberapa menit kemudian tak sadar Firna meletakkan kepalanya di bahu Fiko, yang membuat Fiko terkejut. Ternyata Firna telah tertidur pulas dalam perjalanannya. Fiko pun hanya bisa tersenyum melihat Firna tertidur dengan sangat pulas nya sambil menyelipkan rambut Firna ke telinganya yang telah menutupi wajahnya itu dan mengelus kepala Firna. Perjalanan selama setengah jam menuju tempat mereka akhirnya pun tiba. Fiko membangunkan Firna yang sejak tadi tertidur dengan memegang tangannya dan menggoyang-goyangkannya sambil mengatakan.
“ Fir, bangun sudah sampai nih!”
Firna pun terkejut ketika Fiko membangunkannya dan segera mengangkat kepalanya yang bersandar di bahu Fiko. Lalu berkata dengan lemasnya pertanda ia masih ingin tidur.
“sudah sampai ternyata” sambil mengucek-ngucekkan matanya dan merapikan dandanannya. Merekapun segera beranjak dari tempat duduk dan menuju keluar turun dari shuttle bus itu. Sementara itu rumah mereka masih sangatlah jauh perlu waktu satu jam untuk tiba dirumah mereka. Fiko mengambil sepeda yang biasa ia kendarai menuju sekolah bersama Firna yang telah sebelemunya ia titipkan di tempat penitipan. Dan segera mengambilnya dan menyuruh Firna untuk segera naik dan pulang kerumah.
“Fir, naik.” Firna pun langsung segera naik dan berpegangan pada pinggang Fiko. Mereka pun lalu melaju untuk pulang kerumah. Sepanjang perjalanan, Firna malah tertidur kembali bersandar dipundak Fiko. Fiko merasa ada hal yang aneh dengan Firna mengapa sepanjang perjalanan Firna berdiam diri tak berbicara sepatah kata pun. Sampai akhirnya Fiko pun penasaran dan menghentikan kayuhan sepedanya. Dan menengok kebelakang ternyata ia menemukan Firna yang tertidur pulas bersandar dipunggungnya. Seolah tak mau menganggu Firna dari tidurnya, Fiko pun meraih tangan Firna untuk mengeratkan pegangan ke pinggangnya. Fiko melanjutkan perjalanannya dan setelah beberapa menit kemudian tibalah didepn rumah Firna, serontak Firna terbangun sebelum Fiko menyuruhnya bangun.
“ sudah sampai ternyata, aku tidur lagi yah, maaf yah aku sangat ngantuk. Aku menyusahkanmu maaf yah.”
“Taka apa, sudah masuk sana, dan tidur yang nyaman yah, aku pulang.”
Setelah menyuruh Firna masuk Fiko langsung bergegas pulang mengayuh sepedanya kembali dan melambaikan tangan pada Firna. Sementara itu Firna hanya tersenyum melihat tingkah Fiko.
Pagi ini Fiko seperti biasa menjemput Firna untuk berangkat kesekolah bersama-sama. Ia pun segera mengambil sepedanya di bagasi rumahnya dan segera mengayuh sepedanya menuju rumah Firna. Sementara itu Firna tengah bersiap-siap merapikan seragamnya. Disisi lain Fiko telah menunggunya di halaman rumahnya dengan duduk diatas sepedanya. Fiko melihat kea rah jendela kamar Firrna yang menyaksikan Firna telah berias didepan kaca. Dengan sadar Firna melihat Fiko tengah mengamatinya dibawah dan langsung melambaikan tangannya kepada Fiko seolah pertanda bahwa Firna akan segera keluar dari kamarnya dan bersiap berangkat kesekolah. Firna pun turun dari kamarnya dan menyapa ibunya yang telah menyiapkan sarapan pagi untuknya. Namun Firna terlalu sangat terburu-buru karena ia tak mau Fiko menunggunya lama. Ibunya pun membiarkan ia untuk sarapan dahulu.
“Fir, sarapan dulu.”
“Ga mah, aku sudah ditunggu Fiko.’
“Tapi setidaknya kamu minum susunya sedikit dan bawa sandwichnya makan diperjalanan.” Seolah tak ingin menngecewakan ibunya Firna pun menuruti perkataan ibunya dan membawa sandwich di tangannya dua potong untuk diberikan pada Fiko.
“Udah mah, aku berangkat yah.”
Setelah meraihnya Firna pun segera mencium tangan ibunya lalu segera menuju keluar menemui Fiko. Fiko dengan wajah musamnya pertanda ia kesal telah lama menunggu Firna. Namu Firna punya caranya sendii untuk membuat Fiko tak marah lagi.
“ maaf yah lama, ini sandwich makan dulu.” Sambil menyodorkan sepotong sandwich pada Fiko. Namun Fiko menolaknya karena mereka sudah terlambat. Melihat Reaksi Fiko Firna pun menyesal. Dan langsung segera duduk di boncengan belakang sepeda Fiko. Seolah tak ingin Fiko terlalu terburu-buru pada perjalanan mereka menuju sekolah.
“Fiko, hati-hati bawa sepedanya, jangan terllu terburu-buru lah. Kamu sudah sarapan belum?’
“Tapi karena kamu, kita sudah telat ini. Aku sudah sarapan tadi.”
“ makan lah sandwich ini, aku sudah kenyang. Aku suapin yah mau yah.” Fiko tak ingin mengecewakan Firna maka ia segera menganggukkan pertanda ia ingin memakan sandwich itu. Melihat reaksi Fiko, Firna segera menyuapkan sandwich itu kemulut Fiko, dengan hati-hati. Dan Fiko pun memakannya dengan lahap. Akhirnya mereka tiba digerbang sekolah. Sebentar lagi gerbang itu akan ditutup oleh satpam mereka. Namun dengan kayuhan yang sangat kencang Fiko berhasil menerobos masuk ke halaman sekolah. Hal itu menandakan bahwa pelajaran pertama sudah dimulai di sekolah mereka. Dan mereka telat karena pada saat itu pelajaran kimia dengan guru mereka yang sangat galak maka siapa murid yang terlambat tidak diperbolehkan masuk pelajarannya apapun alasannya. Firna lupa bahwa hari itu pelajaran ibu Bety, sementara itu Fiko sangat panic dan langsung menuju parkiran untuk meletakkan sepedanya. Setelah menaruh sepeda dan menguncinya Fiko segera menarik tangan Firna untuk segera berlari dengannya.
“ Ayo, kita telat. Ini pelajaran ibu Bety.” Mendengar apa yang Fiko katakana Firna baru menyadarinya bahwa hari ini pelajaran si guru yang sangat dibenci Firna. Selain ia tak suka dengan pelajaran kimia ditambah dengan gurunya yang galak membuat Firna hanya setengah sadar mengikuti pelajarannya. Meskipun setiap kali ia mendengarkan apa yang Ibu Bety jelaskan dan melihatnya dengan seksama namun pikirannya tak pernah berada pada pelajaran.
“aku lupa! Ayo kita lari” mereka pun lari menuju kelas mereka. Firna dan Fiko berada dikelas yang sama untuk kelas 1 Sma ini dan seterusnya sampai lulus mereka akan berada di kelas yang sama, karena peraturan di sekolah ini tidak ada pengacakan murid saat mereka pindah kelas. Karena dikhawatirkan adanya kecemburuan serta perkelahian jika teman mereka dipisahkan dengan banyak yang memprotes ke sekolah. Memang aneh namun seperti itulah peraturan sekolah mereka. Setelah tiba didepan kelas, ternyata bu Bety belum masuk kekelas, sepertinya ia agak terlambat. Itu merupakan sebuah keberunttungan bagi mereka karena bu Bety tak pernah terlambat selama mengajar dan tak pernah absen. Ia selalu giat mengajar dan dating dengan on time. Mereka pun menarik napas lega dan segera menduduki bangku mereka masing-masing. Sampai akhirnya Firna heran mengapa ibu Bety tiba-tiba terlambat. Namun ia tak mau menanyakannya karena sudah sangat bahagia jika kalau saja ibu Bety tidak masuk. Seorang ketua kelas mereka pun masuk dan mengumumkan sesuatu.
“teman-teman, ibu Bety hari ini tidak masuk karena ada keperluan mendesak namun ia memberikan tugas.” Mendengar perkataan itu Firna sangat merdeka alih-alih keinginannya tercapai. Namun ia kecewa karena harus ada tugas, namun hal itu meringankan ketimbang ia harus melihat orangnya yang seram. Anak- anak kelas itu pun semuanya besorak dan riuh antara bahagia dan kecewa.
Bel pulang pun berbunyi, Fiko dan Firna pun segera menuju parkiran sepeda Fiko untuk pulang bersama seperti biasa. Setelah Fiko membawa sepedanya dan Firna telah berada di tempat duduknya untuk bersiap dibonceng mereka pun segera bergegas pulang dan anak-anak wanita disekolah itu merasa iri dan bergurau melihat Firna diboncengi Fiko yang menjadi idola disekolahnya. Anak-anak itu pun memperhatikan mereka sampai jejak mereka hilang setelah melintasi gerbang sekolah.
Setelah 3 tahun sekolah akhirnya tiba pada saat mereka akan menjadi anak kelas tiga yang sebentar lagi akan lulus. Saat ini pergantian semester yang menjadikan bahwa mereka sudah kelas 3 sma. Setiap harinya Firna sibuk tengah belajar untuk bersiap-siap menghadapi ujian namun waktu ia untuk bertemu Fiko tak pernah absen karena mereka mengikuti bimbel bersama yang dipanggil oleh orang tua Fiko untuk mereka sehingga mereka setiap pulang sekolah belajar kembali bersama dirumah Fiko.
“ Fik, aku ganti baju dahulu setelah itu aku kerumahmu.”
“yasudah, aku tunggu.’
Setelah pulang kerumah masing-masing sementara di rumah Fiko, ia telah disambut oleh ibunya. Yang menunggunya didepan gerbang lalu membukakan pintu gerbang untuk Fiko. Tak biasanya memang, Fiko pun sedikit heran dan bergumam dalam hati mengapa ibunya tak biasa seperti ini. Setelah masuk ke rumah dan Fiko mengganti seragamnya ia langsung menuju dapur dan makan siang. Ibunya telah menunggunya di meja makan.
“ Mah, hari ini makan apa? Aku lapar sekali.”
“ makanan kesukaanmu. Ikan Mas dan sayur capcai. Makan yang banyak yah.”
“waah special sekali hari ini, ada apa Mah?”
“Tidak ada apa-apa hanya saja kamu sudah lama tidak makan makanan kesukaanmu kan?”
“ ia sih, mama tidak makan?”
“ Mama akan makan, sejak tadi lama menunggu kamu pulang, karena sudah tidak sabar untuk makan bersama seperti ini, setelah selama ini kamu sibuk belajar mempersiapkan ujian.”
“ yasudah mari kita makan mah.”
Mereka pun makan bersama, setelah selesai makan ibu Fiko belum beranjak dari kursinya dan masih memperhatikan Fiko yang tengah makan dengan lahapnya. Sampai Fiko merasa aneh ibunya memperhatikannya begitu sejak dari tadi. Fiko pun selesai menyantap makan siangnya.
“ kenapa sih Mama dari tadi lihat aku seperti itu? Ada yang salah yah dengan cara makanku?”
“ Tidak hanya saja Mama berfikir bahwa anak mama ini sudah semakin besar, sebentar lagi kau akan keluar dari sekolah.”
“ ia lah mah, memangnya aku akan menjadi anak kecil saja.”
Namun tiba-tiba wajah ibu Fiko berubah dengan begitu sangat serius, seolah ada suatu hal penting yang akan dibicarakan. Fiko menyadarinya dan ia langsung penasaran.
“kenapa mah?”
“ Fik, begini. Mama dan Papa sudah merencanakan masa depanmu. Mama sama Pama ingin kamu melanjutkan kuliah ke luar negri. Papa tau kamu sangat tertarik dengan bisnis, dan ia pun menyadari kau menurunkan bakatnya, maka untuk mengembangkannya Papa tau dimana tempat study untuk bisnis yang baik yaitu ke Amerika. Papa sudah mempersiapkannya dari sekarang alih-alih kamu akan menyetujuinya dan nanti Mama akan mengurus semua kelengkapanmu. Namun Mama sendiri akan pindah ke tempat Papa untuk menjaga Papamu disana.”
“ Luar negri? Memang hal ini sangat aku inginkan. Tapi aku akan memikirkan ini terlebih dahulu Mah, untuk memantapkan keinginnku.”
“baiklah Mama juga tidak terlalu memaksakanmu. Mama tau kamu bisa memilih yang terbaik untukmu.”
Mendengar perkataan ibunya tadi Fiko tengah memikirkan hal itu dikamarnya disatu sisi ia senang bisa mewujudkan impiannya selama ini, disisi lain ia sedih bahwa harus meninggalkan Firna dan tak mungkin bersama-sama apabila ia pergi keluar negeri. Namun iapun berfikir bahwa tidak harus selamanya ia akan bersama-sama dengan Firna karena impian mereka pun berbeda-beda. Sementara itu ia pun masih bisa bertemu dengan Firna jika liburan nanti.
Ke esokan harinya seperti biasa Fiko menjemput Firna untuk pergi bersama ke sekolah. Namun ada hal yang berbeda dari Fiko hari ini. Firna menemukan kejanggalan itu, sepanjang perjalanan Fiko hanya berdiam diri tanpa sepatah katapun. Hal itu membuat Firna khawatir padanya.
“ Fiko, kenapa? Kamu sakit?”
“ah tidak, aku sehat- sehat saja. Kenapa?”
‘tapi kenapa sejak tadi kamu diam?”
“ tidak ada apa-apa hanya ingin diam saja.”
“begitu, kalau ada apa pun kamu tidak usah sungkan untuk cerita padaku, kamu kan tahu aku akan selalu setia mendengar keluhanmu.”
“ aku tahu itu,  aku senang selama ini kita selalu bersama-sama, bermain bersama, sekolah, belajar dan saling curhat bersama.”
“ kenapa tiba-tiba kamu berbicara seperti itu?”
Merasa ada hal aneh lagi setelah Fiko berbicara seperti itu maka Firna pun bertanya-tanya pada dirinya sendiri ada apa dengan temannya ini. Sampai akhirnya mereka pun terdiam kembali dalam perjalanan dan tibalah mereka di sekolah. Hari ini pelajaran sangat menyenangkan Firna selalu menyukai setiap pelajaran hari itu, karena ada pelajaran olahraga yang gurunya sangat tampan dan ia menyukainya yang membuatnya selalu bersemangat mengikutinya. Pelajaran disekolahpun telah selesai semua dan kini waktunya mereka untuk pulang. Seperti biasa Firna dan Fiko menuju parkiran dan pulang bersama dengan sepeda Fiko. Sementara itu Fiko masih saja terdiam, terlebih lagi saat dikelas Firna sempat memperhatikan Fiko yang berdiam diri meski keadaan dikelas mereka selalu riuh. dengan masing-masing kegiatan mereka.
“Fir, kita ke danau dulu yah, kita sudah lama tidak kesana.’
Mendengar itu Firna sangat senang karena memang mereka sudah sangat lama tidak pernah berkunjung ke tempat itu setelah terakhir kali Firna tercebur sewaktu kecil dan orang tua mereka tak pernah membiarkan mereka untuk ke tempat itu lagi. Namun kini mereka sudah bukan anak-anak lagi jadi tidak ada alas an untuk kesana. Memang di desa mereka ada sungai yang tersembunyi disana tanpa diketahui orang. Disana mereka menyebutnya sebagai surga karena tempat yang indah serta pemandangannya juga.
“ ayo, kita sudah lama sekali yah, tidak berkunjung kesana, gara-gara aku dulu pernah tercebur, lucu yah saat kamu berteriak karena tak bisa menolongku.”
“ ia aku panic, lalu aku berlari kerumah dengan menangis meminta pertolongan, aku takut kamu akan mati tenggelam dan aku berfikir jika kamu mati maka aku tak akan punya teman disini.”
“ jadi saat itu kamu sangat takut. Dan saat kejadian itu kamu tau kan kalau aku jadi takut berenang karena trauma.”
“ ia, lucu juga yah saat itu kamu berada di tepi sungai hanya untuk mengambil bunga disana, dan kamu tak bisa meraihnya karena bunga itu cukup suliit untuk dijangkau, tapi maafkan aku karena pada saat itu aku mencoba untuk bersembunyi dan bermaksud membuatmu panic saat kamu kembali aku tidak ada, karena aku mengumpat dibalik pohon. Namun saat aku lama menunggu kamu tak memanggilku, aku keluar dari persembunyianku dan panic ketika kamu sudah tercebur kedalam danau.”
Tibalah mereka di tepi danau, Firna beranjak dari sepeda lalu ia segera berlari menuju pendopo yang ada sejak dahulu di tepi danau itu sementara Fiko tengah menyandarkan sepedanya pada salah satu pohon di dekat pendopo itu. Fiko pun duduk disamping Firna. Mereka terdiam bersama merasakan betapa nyyamannya di tempat itu seakan semuanya terasa nyaman.  Setelah lama menikmati suasana akhirnya Fiko mencoba untuk mengatakan sesuatu pada Firna. Seketika Fiko pun sangat serius dan berbicara dengan suara yang tegas.
“ Fir, aku mau bicara sesuatu pada mu.”
Firna langsung memutarkan badannya dan menatap Fiko dengan seksama. Seolah ia tau bahwa Fiko akan mengataakan sesuatu hal yang sangat penting padanya. Firna menatap Fiko begitu lamanya.
“ iya Fiko, ada apa?”
“ Fir, setelah lulus aku akan melanjutkan kuliah ke luar negeri, aku akan ke Amerika. Papa sangat menginginkan aku untuk kuliah disana karena ia tau aku sangat terobsesi untuk mempelajari tentang bisnis.”
Mendengar Fiko mengutarakan maksudnya, wajahnya berubah seketika menjadi murung. Namun Fiko mengusap kepalanya seolah tak ingin membuatnya merasa sedih.
“ tapi kan kita masih bisa tetap berteman dan berkomunikasi dengan banyak media, kita bisa email-emailan, vidcall. Banyak lagi. Aku berjanji nanti liburan kuliah aku akan mengajakmu kesana liburan bersama.”
“aku ga apa-apa Fiko, aku hhanya tidak percaya kalau kamu bisa meraih masa depanmu.”
Namun Fiko tau bahwa Firna berbicara seperti itu hanya untuk menghibur dirinya sendiri, ia tau hati Firna sangat sedih. Fiko segera mendekatkan diri pada Firna dan memeluknya erat.
“ Fir, kamu akan selalu ada dihati aku, selamanya kita akan bersama meskipun jarak yang memisahkan namun aku tetap dihatimu.”
Firna kaget dengan ucapan Fiko, ia melepaskan pelukan Fiko dan memandangnya penuh pertanyaan. “ apa maksudmu?”
“ a….a….aku mau kita selalu bersama seperti ini, kamu tau kenapa aku tidak pernah tertarik pada wanita lain karena aku sudah melihatmu. Mungkin ini terjadi karena kita selalu bersama-sama sejak kecil sehingga aku ingin selalu menjagamu dan merasa nyaman denganmu.”
“ Fik, aku takut perasaanmu akan berubah ketika kau sudah menemukan wanita yang lebih baik dari aku disana.’
“ Kamu harus janji, aku juga janji bahwa aku tak akan selalu mengingatmu dan kamu akan selalu menyemangati hidupku. Lalu apa cita-citamu setelah lulus?”
“aku akan kuliah di jurusan pertanian, karena aku akan mewujudkan mimpiku untuk menjadi seorang Gardener, dan aku akan mencoba sambil membuat kebun botani dirumahku.”
“ bagaimana kalau sebagai hadiah untuk kepergianku agar kamu bisa mengingatku sampai aku kembali, aku akan membuat kan kebun bunga yang selama ini kau impikan.”
“boleh juga, tapi justru bukankah itu akan membuatku semakin sedih karena akan setiap hari mengingatmu Fik.”
“Kamu tau kan, selama ini aku tidak pernah dengan siapapun kecuali kamu, itu karena aku tak ingin terpisah dengan mu Fir.”
“ Aku percaya padamu Fik.”
Ucap Firna sembari menatap Fiko dalam-dalam. Selama beberapa detik mereka terdiam sejenak, hingga Firna menyadari bahwa hari telah sore, sehingga mereka memutuskan untuk pulang kerumah. Hari ini adalah hari minggu, Fiko berencana untuk membuatkan kebun bunga untuk Firna karena apabila dia membuatkannya dari saat ini maka kebun itu akan tumbuh besar setelah 4 tahun kemudian. Maka dari itu, Fiko sejak subuh buta ia pergi ke pasar kebun didekat taman sekolah, ia membeli banyak rupa-rupa tanaman yang ia bawa di sepedanya dengan menggendong banyak plastic-plastik tanaman. Setelah berbelanja Fiko bergegas menuju rumah Firna dan langsung mempersiapkan semuanya sebelum Firna terbangun dari tidurnya. Matahari pun berubah menjadi semakin terik, hingga kedua orang Firna mengetahui kegiatan Fiko, ibu Firna yang melihat aksi Fiko segera bergegas menuju halaman rumahnya untuk menemui Fiko. Fiko tak mengetahui kedatangan ibunya Firna yang serontak membuat ia terkejut.
“Fik, kamu sedang apa pagi-pagi seperti ini?”
“ah ibu, mengejutkan saja. Sebelumnya aku minta izin bu, karena Firna sangat menginginkan untuk membuat kebun bunga maka aku akan membuatkannya kebun bunga sekarang. Tidak apa kan bu kalau aku meminjam taman keil ini?”
“ jadi begitu, ya sudah. Lagi pula halaman ini dibuat kosong setelah ayah Firna tak menanam kentang lagi.”
Setelah mengetahui maksud Fiko, ibu Firna pun segera masuk kedalam rumah kembali. Tiba-tiba akhirnya Firna terbangun namun ia tak sadar dengan apa yang terjadi dihalaman rumahnya. Sampai akhirnya Firna mengetahui kegiatan Fiko setelah ia membuka jendela kamarnya. Penasaran dengan apa yang dilakukan Fiko, ia pun segera menuju halaman rumahnya menghampiri Fiko dan mengejutkannya pula.
“ Hey, sedang apa kau?”
“ wooaahh kau! Aku akan buatkan kamu kebunnya sekarang ya, mumpung ada waktu dan aku ingat” sambil mengerdikkan matanya ke Firna. Dengan antusiasnya Firna pun segera membantu Fiko tanpa ingat bahwa dia belum membersihkan diri. Hingga menjelang sore mereka mengerjakan semuanya diiringi dengan candaan yang khas dari mereka. Hingga menjelang malam mereka pun selesai mengerjakan semuanya. Semenjak dibuatkannya kebun bunga baru Firna setiap hari sangat rajin merawat bunga-bunga itu.
Saatnya tiba detik-detik menjelang kelulusan di SMA mereka. Pagi buta Firna bersama keluarga juga Fiko dengan keluarganya menuju Sekolah dengan menggunakan mobil ayah Fiko. Setiba di sekolah mereka sekeluarga berkumpul disebuah aula yang akan menyelenggarakan acara kelulusan hari itu. Acara sudah dimulai beberapa jam kemudian karena mereka telat diakibatkan menunggu Firna yang sibuk dandan. Kini tibalah pada acara yang sangat ditunggu-tunggu yaitu pengumuman kelulusan. Setelah proses pelepasan selesai kedua keluuarga itu pun dirundung rasa bahagia namun sesaat Firna teringat akan kepergian Fiko setelah kelulusan ini. Mereka semua pun akhirnya menuju perjalanan puang ke rumah, disepanjang jalan keluarga Fiko membicarakan mengenai kuliah Fiko yang akan diberangkatkan keluar Negeri, kedua orang tua Firna sangat senang mendengar berita tersebut, namun lain halnya dengan Firna yang berdiam diri hingga Fiko memperhatikannya dengan cemas disepanjang perjalanan itu.
2 Minggu kemudian…..
Hari ini adalah hari dimana keberangkatan Fiko ke Amerika. Fiko dan keluarga tengah sibuk mempersiapkan barang-baraang bawaan Fiko, Firna dan keluarganya pun ada disana untuk mengantarkan Fiko. Dikamarnya Fiko sedang mengamati foto-foto masa kecilnya bersama Firna, ia sempat meneteskan air mata karena mereka untuk selama 17 tahun ini akan berpisah untuk pertama kalinya, Firna yang menghampri Fiko dan mengamati apa yang sedang Fiko lakukan ia pun berada di samping Fiko dan mencoba untuk membuat Fiko tak merasa sedih.
“ Foto aku lucu banget yah, betapa cantiknya. Tapi siapa laki-laki ini cupu sekali yah.”
“ aku akan merindukanmu nanti disana, jadi aku harus membawa foto ini.”
“ Kenapa kamu tidak membawa fotoku yang sekarang?, lebih cantik dari waktu kecil.”
Candanya seolah menyembunyikan rasa sedihnya. Ibu Fiko pun telah siap menyelesaikan semuanya, ia memanggil Fiko dan Firna untuk seger turun dan bersiap-siap berangkat. Setiba di bandara Firna dan Fiko pun menghilang dari kedua orang tua mereka. Mereka berdua tampaknya ingin membicarakan sesuatu hal yang akan mereka ingat selamanya.
“ Fir, kamu sabar yah nunggu aku. Aku janji akan sering menghubungimu. Bahkan kegiatan setiap hariku akan aku bagi bersamamu.”
“ iya Fik, satu hal kamu harus jaga kesehatan, belajar yang rajin serta tingkatkan prestasimu yah. Jangan pernah kamu kecewakan temanmu ini.”
Saat- saat seperti itu Firna masih bercanda yang membuat Fiko yang tadinya serius berubah dengan memasang muka garang. Setelah mengutarakan apa keinginan keduanya akhirnya mereka pun pergi menemui kedua orang tua mereka.
“ kemana si Fiko dan Firna ini, kenapa mereka menghilang. Keberangkatannya kan 5 menit lagi.” Ucap ibu Fiko. Sementara itu ayah Firna yang melihat kedatangan mereka berpaling kearahnya dan menunjuk mereka.
“ itu mereka disana.”
“ maaf Mah, pah. Kita tadi pergi beli minum dahulu sembari menghabiskan waktu terakhir kita, Fiko kan tidak bisa bertemu Firna setiap hari lagi nantinya.”
“ begitu, sesuka kalian lah, puas-puaskan. Fir, nanti liburan kamu bisa ikut tante ke tempat Fiko.”
“ serius tante, tidak keberatan membawaku kesana. Kalau merepotkan bagaimana”
“ ia mah, Firna kan orangnya sering merepotkan. Tidak usah diajak lah mah.”
Gurauan Fiko yang telah membuat Firna sedikit marah padanya. Akhirnya pengumuman keberangkatan pun akhirnya terdengar, sehingga Fiko pun harus segera cepat-cepat meninggalkan keluarga nya dan keluarga Firna. Namun sebelumnya ia sudah terlebuh dahulu mencium tangan orang tua tersebut. Sesampainya pada Firna ia pun merangkul dan memeluk Firna denga erat sehingga membuat Firna merasa tercekik. Namun Firna memahami hal tersebut dan ia pun langsung melepaskan pelukan Fiko.
“ sudah sana, sudah telat.”
“ baiklah semuanya, aku pergi doakan aku disana yah.”
Teriak Fiko dari kejauhan sembari melambaikan tangan nya, yang membuat mata Firna berkaca-kaca. Kehidupan yang berbedapun telah mereka jalani. Sesuai janjinya Fiko selalu mengabari Firna lewat jejaring social. Kini Firna pun mampu mewujudkan cita-citanya yang ingin kuliah di jurusan pertanian, hingga ia pun semakin bersemangat untuk menciptakan hal-hal baru. Taman bunga yang Fiko buatpun akhirnya kini menjadi tumbuh besar dan cantik, ditambah semakin luas pekarangannya. Meski mereka dipisahkan oleh jarak namun persahabatan diantara keduanya tak terhalangi oleh apapun.
4 tahun berlalu…
Kelulusan pun telah menghampiri keduanya. Hari ini Fiko berencana pulang ke Indonesia namun ia tak mengabari Firna hanya memberitahu kedua orang tuanya saja namun itupun dimintanya untuk merahasiakannya dari Firna. Fiko mengendarai sebuah sedan BMW dengan mengenakan kaos putih dibalut cardigan coklat dengan jeans berwarna hitam serta sepatu kets yang sangat cocok untuk posturnya yang tinggi memarkirkan mobilnya didepan gerbang halaman rumah Firna yang membuat Firna tercengah seketika disaat ia sedang menyiram tanaman-tanamannya. Fiko pun keluar dari mobilnya, sementara itu Firna tercengong melihat siapa yang datang, ia sempat tak tau siapa yang datang saat itu. Namun Fiko membawakan setangkai bunga mawar untuknya. Disitu Firna mengingat bahwa seseorang yang tahu ia menyukai bunga hanyalah teman kecilnya yaitu Fiko. Mengetahui ancah-ancah itu Fiko, Firna segera berlari menghampiri Fiko dengan mata berkaca- kaca dan memeluknya erat.
The end………….